Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Mengajarkan anak untuk menabung dan berbagi tentu tidak mudah. Apalagi jika anak merasa uang (saku, pemberian atau angpau) yang didapatnya itu adalah haknya. Ia tentu ingin menggunakan uang tersebut sesuai keinginannya seperti membeli mainan favoritnya.

Namun bukan berarti tidak ada solusi untuk mulai mengajarkan si kecil menabung. Anak akan paham kegunaan menabung jika Anda bisa memberitahukannya bahwa aktivitas itu punya manfaat besar.

Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengajarkannya menabung dan berbagi:

1. Kenalkan Uang secara Bijak
Begitu anak sudah bisa menghitung, perkenalkan mereka pada uang. Beri anak sebanyak mungkin informasi yang ingin diketahuinya. Perhatikan dan ulangi, itulah cara terbaik untuk membuat anak belajar.

2. Belikan anak celengan atau buatkan mereka rekening di tabungan. 
Cara kedua ini sepertinya berlaku jika anak sudah berusia cukup besar. Untuk anak-anak yang masih berusia pra sekolah dan taman kanak-kanak, Anda bisa mulai mengajarinya menaruh uang di celengan.

3. Minta Anak Membuat Daftar Keinginan
Dengan adanya daftar keinginannya itu anak bisa lebih termotivasi untuk menabung. Buat anak paham ada cara yang menyenangkan untuk menghabiskan uangnya itu dengan daftar keinginan tersebut.

4. Buat Gambar
Kalau anak menabung untuk membeli suatu benda yang spesial, tidak ada salahnya Anda memintanya menaruh gambar benda tersebut di kamarnya. Gantung gambar benda itu agar dia selalu ingat dari tujuannya menabung.

5. Beri Contoh
Tentu saja sebagai orangtua Anda pun harus memberinya contoh soal aktivitas menabung ini. Anda perlu punya celengan sendiri, dan mengajak anak ke bank saat Anda akan menabung. Ketika melakukannya, jelaskan pada anak tujuan Anda menabung. Dengan memberikan contoh ini, anak pun bisa belajar dari orangtuanya.

6. Ingatkan Anak
Pada beberapa anak, mereka bisa jadi terlalu fokus menabung, hingga tidak mau mengeluarkan uangnya untuk apapun. Jika hal itu terjadi, ingatkan dan bantu mereka untuk kembali menikmati uangnya misalnya membeli benda-benda kecil. Anda juga bisa mengejutkannya dengan membelikannya sesuatu yang ia suka.

7. Ajarkan Berbagi
Selain menabung, jangan lupa juga untuk mengajarkan anak berbagi sejak kecil. Saat Anda memberikan zakat atau menyumbangkan uang ke panti asuhan misalnya, Anda bisa mengajaknya. Dari uangnya itu, minta anak menyisihkannya untuk diberikan pada mereka yang kurang beruntung.

Semoga bermanfaat, wassalam.
Intisari: About

Seorang pemuda berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu.

Pemuda itu menanyainya kenapa dan dijawab oleh gadis kecil, "Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya cuma punya uang lima
ratus saja, sedangkan harga mawar itu seribu."

Pemuda itu tersenyum dan berkata. "Ayo ikut. aku akan membelikanmu bunga yang kau mau." Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirimkan ke ibunya.

Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya,"Ya tentu saja. Maukah anda mengantarkan ke tempat ibu saya?"

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum ... dimana lalu gadis kecil itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.

Melihat hal ini, hati pemuda itu menjadi trenyuh dan teringat sesuatu. Bergegas, ia kembali menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya, la mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibunya.



Assalamualaikum salam cerdas kreatif,

Sebagai orang tua, apa yang akan kita lakukan???, bila tiba-tiba anak anda ngambek gara-gara ingin mendapatkan suatu barang yang diinginkannya tidak terpenuhi. Mungkin perasaan anda tidak enak karena pasti orang akan mengira anda tidak becus mengurus anak. Daripada ribut, akhirnya Anda pun mengalah, meluluskan permintaan si kecil.

Menurut psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi, orangtua tak perlu malu bila anaknya tiba-tiba bertingkah tak menyenangkan di depan umum. Toh, orang lain pun tahu kalau ini bukan masalah orangtua, tapi masalah anak-anak. “Justru yang perlu diupayakan adalah menenangkan si anak agar tak lebih lama mengganggu ketenangan umum. Dengan tegas, angkatlah ia dan ajak pulang. Pengalaman saya, tatap mata anak dan ajak ia pulang. Jangan tatap anak dengan kesal atau memelototinya, ia akan tahu itu dan akan makin keras mengamuk,” terang Doktor Psikologi lulusan Program Pasca Sarjana UI ini. Kata Seto, lebih baik tatap mata si anak dengan penuh kasih. Ia akan mengerti, ibu atau ayahnya tetap menyayanginya dan permintaannya bisa dibicarakan di rumah.

JADI SENJATA
Yang jelas, wajar jika anak kecil gampang meledak atau ngambek. Terlebih anak usia di atas 2 tahun. Saat itu ia sudah dapat mengekspresikan kemarahan, kekecewaan, atau kecemasannya. “Untuk anak yang berusia di bawah 2 tahun, sangat gampang mengalihkannya. Misalnya saat ia ngambek, kita tunjukkan cicak di dinding. Atau tunjukkan ia gambar,” bilang Seto. Lain hal dengan anak usia 2 tahun di mana egonya mulai tumbuh. Ia ingin orang lain mengakui keberadaannya. Dengan cara diam, tak mau berpartisipasi atau berguling- guling, ia ingin orang lain mengerti akan kehadiran “aku”-nya yang baru. Ia pun sangat mementingkan diri sendiri. Apa yang diinginkannya harus dituruti segera dan saat itu juga.
Celakanya, jika perilaku tak baik ini tak ditanggulangi dengan baik, maka akan terus berkembang hingga dewasa. “Itu sebabnya ngambek harus diwaspadai sebagai cikal-bakal berbagai tingkah negatif setelah dewasa kelak. Bisa saja kalau keinginannya tak terpenuhi, lantas minggat dari rumah,” jelas Seto.
Apalagi, anak belajar dari lingkungan. Ia akan belajar bagaimana lingkungan meresponnya. Kalau ia ngambek lalu orangtuanya menuruti kehendaknya, maka ngambek akan dijadikan senjata untuk menarik perhatian “kekuasaan” atau orangtua. Dan tingkat ngambeknya juga akan terus meningkat. Beda jika ia ngambek, masalahnya dicoba dipecahkan. Alhasil, ia tak bisa menggunakan hal itu sebagai senjata. Dengan demikian, jika ia menginginkan sesuatu, ia tak akan ngambek, tapi mengacu pada sistem.

UNGKAPAN PROTES
Yang biasanya terjadi, anak ngambek untuk mengungkapkan protesnya atas kesewenangan orangtua. Terutama pada keluarga yang komunikasinya kurang efektif. Entah karena ayah-ibu yang terlalu sibuk sehingga perhatian pada si kecil sangat kurang, atau karena orangtua terlalu otoriter dan mau menang sendiri. Orangtua selalu memaksakan kehendaknya, sehingga tak pernah mendengar hati nurani anak. “Nah, anak akan merasa diperlakukan tak adil!” tukas Seto. Misalnya saja, pada saat anak minta mainan, orangtua langsung bilang, “Tidak! Mainan kamu sudah terlalu banyak!”
Padahal mungkin saja mainan yang banyak itu dibeli atas inisiatif orangtuanya yang saat membeli, suasana hatinya sedang senang, uang lagi banyak. Padahal, bisa saja si anak sebenarnya sedang tak butuh mainan. Nah, giliran ia memerlukan, justru orangtua berkata tidak. Anak pun merasa diperlakukan tak adil. Semuanya hanya dilihat dari sudut pandang orangtua, tak melalui suatu dialog yang demokratis. Akibatnya, anak frustrasi dan perasaan itu dilampiaskannya dengan cara ngambek.

METODE ANTI KALAH
Harus bagaimanakah kita bersikap? Yang jelas, kita mesti lebih membuka diri, sehingga anak dapat melampiaskan keinginan-keinginannya secara wajar. “Jadilah pendengar yang baik,” anjur Seto. Saat kumpul bersama keluarga, misalnya, ayah dan ibu harus mau mendengar dan menerima permintaan atau keluhan-keluhan anak. Jika anak minta dibelikan buku dan stiker, misalnya, tanyakan padanya, apakah itu sebuah kebutuhan atau keinginan. “Mana yang paling perlu? Buku atau stiker?” Anak pun akhirnya belajar, mana yang penting dan tidak. Kalaupun ia ingin protes, boleh-boleh saja sepanjang diwujudkan dalam bentuk kata-kata dan bukan tingkah laku ngambek atau membanting pintu.
Tak ada salahnya anak ikut tahu kondisi keuangan ayah dan ibunya sehingga ia tahu persis, orangtua belum bisa memenuhi keinginannya. “Jadi, semuanya harus melalui dialog atau komunikasi,” tandas Seto. Cara lain untuk mengendalikan anak ngambek, adalah metode “anti-kalah” atau musyawarah dalam keluarga. “Tak ada yang kalah atau menang.” Lagi-lagi, dengan cara membuka dialog. Misalnya, “Yuk, kita bicarakan hal ini di rumah. Apa yang kamu mau, akan kita bicarakan dulu. Kalau memang diputuskan untuk dibeli, kita bisa kembali lagi besok.” Alhasil, titik temu yang memuaskan kedua belah pihak pun didapat. “Anak juga sekaligus belajar bahwa ia tak akan berhasil memenuhi keinginannya dengan cara ngambek,” kata Seto.

TENANG DAN KONSISTEN
Seto mengakui, memang bukan pekerjaan mudah mengajak bicara anak kecil yang tengah ngadat. Ia akan melawan, bersikukuh, alias mau menang sendiri. “Makanya, hadapi ia dengan sikap tenang. Kalau kita tampak panik, malu, atau marah-marah, anak malah jadi tambah bertingkah. Tenang, senyum, dan perlihatkan kita tetap menghargainya.
Nah, biasanya ngambeknya akan sedikit lumer,” papar anggota Creative Education Foundation ini. Orangtua bisa berujar, “Ibu tahu kamu kecewa, sedih. Sekarang kita pulang dulu, yuk! Nanti kita bicarakan di rumah. Ibu mau dengar apa maumu.” Lewat ucapan seperti itu, anak tahu, kita mengerti akan kemarahan atau kekecewaannya dan kita bisa menerimanya sebagai sesuatu yang wajar. “Anak juga akan sadar, ia boleh marah tapi cara marahnya harus baik. Tidak dengan berguling-guling di depan umum. Dari situ ia akan merasa dihargai,” lanjut anggota World Council for Gifted & Talented Children ini. Di sisi lain, anak juga menjadi paham, ayah atau ibunya sudah berubah. Yang biasanya marah-marah, sekarang tak begitu lagi. “Tentunya orangtua harus konsisten dengan ucapannya. Tiba di rumah, ia harus mau mendengarkan keluhan-keluhan anak dan sama-sama mencari pemecahannya,” kata Seto.

BIKIN “PERJANJIAN”
Sikap pasif orangtua saat anaknya ngambek dengan cara membiarkan atau meninggalkan anak, tak terlalu disetujui pakar psikologi anak ini. “Ada kan, orangtua yang begitu. Anaknya dibiarkan dengan harapan kemarahan anak akan reda dengan sendirinya. Padahal, justru sikap seperti itu bisa membuat anak makin kecewa dan frustrasi. Bisa saja ngambeknya kemudian dialihkan di rumah karena masalah utamanya tak diselesaikan,” tutur anggota International Council of Psychologists ini. Padahal, tutur Seto lebih jauh, tak ada salahnya orangtua bersikap sedikit “merendah” dalam arti mau mendengarkan anak. Sebaliknya, orangtua pun harus berani mengungkapkan segala perasannya secara jujur. Kalau ingin marah, ya, kemukakan saja. Misalnya, “Ibu marah, lo, kalau kamu bersikap begini. Ibu kecewa.”

Jika anak tetap sajangambek, berarti masih ada kebutuhan yang tak terpenuhi. Bisa saja orangtua belum sadar tentang hak-hak anak. Hak untuk bermain, berpartisipasi, dan didengarkan oleh lingkungannya. “Tidak jadi robot terus!” tukas Seto. Jika ia tak mendapat hak-hak tadi, “Anak akan mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya,” tandas peraih penghargaan The Golden Baloon Award, New York ini.

Selain itu, Seto juga menyarankan agar para orangtua bisa mengantisipasi peristiwa-peristiwa yang rawan konflik. Misalnya, kalau kemungkinan ia akan ngadat saat diajak ke mal, persiapkan sebelumnya. “Mama mau ajak kamu ke mal, tapi janji, hanya boleh minta satu barang saja. Kamu nanti mau minta apa? Stiker atau boneka? Pilih salah satu, tidak boleh lebih dari itu.” Nah, karena si kecil dilibatkan dalam perencanaannya, ia pun biasanya akan menepati janji karena merasa dirinya dihargai. Bisa juga ditambahkan dalam “perjanjian” itu, apa sanksinya jika si kecil ingkar janji. Misalnya, pada kepergian berikut, ia tak boleh ikut lagi.

HUKUMAN DAN PUJIAN
Dengan menegakkan demokrasi di rumah, anak akan terhindar dari rasa frustrasi. Sebab itulah, sejak anak bisa diajak bicara, sebaiknya biasakan diajak bicara. Anak pun akan merasa dihargai. “Kalau ia biasa dihargai, dipercaya, dan egonya diakui, maka ia akan lebih percaya diri dan tidak mudah ngambek,” kata Seto. Perlukah hukuman diberlakukan dalam hal ini? “Bisa saja, tapi bukan dalam bentuk pukulan atau cubitan. Melainkan dalam bentuk tak dipenuhinya keinginan itu. Biasanya ibu senyum, kok, kali ini tidak dan mukanya datar. Itu saja bagi anak yang peka sudah berarti hukuman,” jelas Seto. Namun, jangan lupa pula memberinya pujian jika ia berkelakuan baik dan dapat menghilangkan sifat ngambeknya.

Sumber : tabloid-nakita.com



Assalamulaikum sobat2 semua, tetap salam cerdas kreatif ya :)

Alhamdulillah setelah dengan berbagai upaya dan doa yang tak kenal lelah, akhirnya bisa kembali juga blog kami yang tercinta ini. Semoga yang telah menghack akun kami diberikan hidayahNYA, aamiin.

Mohon maaf kepada semua atas kevakuman Dunia Anak Kita, InsyaAllah mulai sekarang kita bisa berbagi kembali. Terima kasih semoga Allah slalu melindungi dan memberikan hidayahNYA kepada kita semua, amin Allahummma aamiin.


Assalamualikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Semua anak memiliki bakat untuk menjadi anak yang cerdas dan kreatif. Hanya sering karena tidak terlatih, maka kemampuan masing2 anak berbeda. Ada yang punya prestasi bagus, bakat yang terampil dll. Untuk itu kKita sebagai orang tua perlu melatih gar mereka dapat mengembangkan kemampuan anak2 tersebut. Lalu bagaimana untuk bisa melatih anak agar menjadikan dunia anak kita, dunia anak yang cerdas dan kreatif?

Berikut langkah-langkah agar dunia anak kita cerdas & kreatif :

1. Berkreasi setiap hari
Untuk menunjukkan kepedulian kita pada sang buah hati dalam berkreasi, marilah kita ajarkan buah hati kita untuk membuat sesuatu yang kreatif. Misalnya dengan menggambar, melipat kertas, bermain game ( porsi yang semestinya), bermain permainan-permaian edukatif, bernyanyi, bercerita, dan masih banyak lagi. Usahakanlah untuk bisa menemukan sesuatu yang baru dan berbeda dari apa yang pernah dilakukan oleh sang buah hati, sehingga anak tidak merasa bosan dan terpacu untuk lebih berpikiran kreatif.

2.Menggunakan ke dua sisi tubuh
Hal ini memang tidak lazim dilakukan. Namun bila buah hati kita kita latih sejak dini untuk melakukan hal ini, maka hal ini akan sangat bermanfaat di kemuadian hari. Bagaimana caranya? Yaitu dengan melatih anak melakukan sesuatu menggunakan kedua sisi tubuh. Hal paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menggambar atau mewarnai menggunakan tangan yang biasa digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya, buah hati kita biasa menggunakan tangan kanan saat melakukan aktivitas sehari-hari (menulis, sikat gigi, makan, dll). Maka kita ajari mereka menggunakan tangan kiri saat menggambar. Akan lebih baik lagi bila dalam aktivitas sehari-hari pun mereka juga terlatih untuk menggunakan tangan yang bergantian. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk menyeimbangkan otak kanan dan kiri.

3. Memiliki tokoh yang bisa diteladani dan diidolakan

Dengan memperkenalkan banyak tokoh dunia yang telah sukses, anak-anak menjadi tahu berbagai macam kepribadian dan prestasi dari orang lain. Hal ini sangat penting. Kenapa? Karena anak-anak suka sekali meniru orang lain. Tokoh-tokoh ini bisa seorang pahlawan, penemu, rohaniwan, dan tokoh-tokoh lain yang bisa menjadi teladan buat sang buah hati. Jangan sampai buah hati kita hanya mengidolakan tokoh-tokoh kartun atau film (seperti Tom and Jerry, Superman, Batman, dll). Hal ini memang tidak dilarang, namun akan lebih baik bila tokoh-tokoh tersebut adalah seseorang yang nyata sehingga bisa menumbuhkan motovasi anak untuk meniru hal-hal yang baik di dalam diri tokoh tersbut, lalu diteladani dalam kehidupan yang nyata.

4. Meningkatkan perbedaharaan kata pada anak

Semakin tinggi perbedaharaan kata anak, maka seorang anak akan menjadi lebih mudah dalam memahami seseuatu. Misalnya pada saat membaca. Bila buah hati kita banyak mengetahui makna kata yang dia baca di dalam sebuah artikel, maka mereka akan lebih mudah memahami isi artikel yang ia baca. Dengan mengerti isi artikel yang ia baca, maka pengetahuan si kecil pun menjadi lebih luas.

5. Melatih kemapuan mendengar anak
Secara pribadi, sebagai guru bahasa Inggris, saya sering menggunakan media audio sebagai media pembelajaran anak. Misalnya, dengan menggunakan Tape dan Laoudspeaker. Alat-alat tersebut saya gunakan saat melatih kemampuan mendengar anak-anak dalam belajar bahasa Inggris. Untuk melatih penglihatan, mungkin akan lebih mudah karena pada saat melihat TV pun anak-anak sudah belajar mengerti sesuatu dengan indera penglihatan. Agar indera pendengaran bisa terlatih dengan baik, alangkah lebih baik bila kita sering-sering mengajak anak untuk mendengarkan lagu atau cerita lalu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan lagu atau cerita tersebut (misalnya dengan cara tebak-tebakan).

6. Menggunakan warna-warni saat bermain dan belajar
Mengapa mainan anak-anak berwarna-warni? Mungkin sebagian dari kita warna-warni hanya digunakan untuk menarik minat anak-anak untuk membeli mainan yang ditawarkan. Namun sebenarnya ada fungsi lain yang lebih bermanfaat. Warna-warni yang biasa dipakai dalam mainan anak ternyata juga bisa mengaktifkan otak kanan. Jadi pada saat buah hati kita belajar menulis, menggambar, dan mewarnai, usahakan menggunakan pensil atau peralatan lain yang berwarna-warni.

7. Melatih ketelitian anak
Saat anak melihat sebuah gambar jerapah, akan lebih mudah bagi anak untuk mengatakan bahwa itu adalah seekor jerapah, daripada melihat kaki jerapah yang panjang dan meminta anak menyebutkan alasan kenapa kaki jerapah begitu panjang. Mengapa hal ini sangat penting? Karena dengan membiasakan anak untuk belajar sesuatu secara lebih mendetail atau kompleks, maka anak-anak akan menjadi lebih termotivasi untuk “mengenal secara lebih” tentang sesuatu yang sudah mereka ketahui. Sehingga kelak setelah mereka dewasa, mereka tidak hanya tertarik untuk menggunakan sesuatu yang telah ada, namun menemukan hal-hal baru lain tentang sesuatu yang pernah ia pakai dan menciptakan sesuatu yang baru lewat sesuatu yang telah ada (semoga bahasanya bisa dipahami).

8. Memberikan liburan yang kreatif
Liburan yang kreatif tidak harus mahal, namun yang terpenting adalah sesuai dengan minat anak. Hal ini bahkan bisa dilakukan di rumah. Misalnya dengan berkebun, mendekorasi rumah, membuat kreasi pernik-pernik, dan masih banyak lagi. Bila perlu kita juga mengajak anak berlibur di luar rumah, misalnya ke tempat wisata yang memiliki permainan outbound. Anak-anak aktif biasanya akan menyukai hal ini, karena segala “emosi dan jiwa” mereka bisa tersalurkan dengan baik. Selain itu, dari pembinaan kakak outbound, anak akan mendapatkan banyak pelajaran tentang arti kerjasama, toleransi, sosialisasi, dan lain-lain. Anak aktif juga harus memiliki moral dan etika yang baik kan? Selain itu diperlukan juga….

9. Jangan terlalu serius dalam mendidik
Suasana keluarga yang terlalu serius dan kaku, biasanya juga kurang mendukung kreatifitas anak untuk bisa berkembang. Gurauan dan humor-humor kecil sangatlah penting di dalam sebuah keluarga. Kita bisa mengajak buah hati kita bercanda pada saat-saat santai, membacakan cerita humor, menceritakan pengalaman sehari-hari yang lucu, dan masih banyak lagi cara lain yang bisa membuat anak merasa rileks saat bertemu dengan orang tuanya. Hal ini juga akan membuat anak merasakan suka cita saat berada di dalam rumah, sehingga anak-anak kita pun bisa lebih ekspresif terutama yang berhubungan dengan kreatifitas yang dia minati dan bakat yang dimiliki.

10. Melatih kemampuan otak kanan

Dengan mengajak anak-anak bernyanyi, berpuisi, menggambar, dan berbagai macam kegiatan kreatif lainnya, kemapuan otak kanan akan bekerja dengan lebih optimal. Di sekolah, biasanya anak-anak akan lebih cenderung menggunakan otak kiri, dan bila kemampuan otak kanan dan kiri bisa bekerja dengan baik dan seimbang, maka anak-anak tidak hanya akan berpeluang mendapatkan prestasi di bidang akademisa saja, melainkan bisa meraih prestasi-prestasi di bidang yang lain, misalnya kesenian.

Wassalam,

sumber: http://forum.kompas.com/keluarga/40115-menstimulasi-kreatifitas-anak-secara-kreatif.html

Liburan di rumah bisa menjadi sangat menyenangkan jika didisi dengan kegiatan bermanfaat. Liburan di rumah juga hemat karena tidak terlalu mengeluarkan biaya atau hanya mengeluarkan sedikit saja.
  • Melakukan Hobi
    Anda hobi menonton film, membaca novel atau buku, memasak, memancing atau hobi bermain futsal yang biasanya tidak sempat dilakukan waktu bekerja atau kuliah. Inilah saatnya.
  • Mencoba Hal Baru: Memasak (bagi yang tidak hobi memasak)
    Mencoba berbagai hal baru di rumah? Kenapa tidak? Banyak hal yang bisa dilakukan seperti memasak atau mencoba ketrampilan lainnya. Siapa tahu Anda menemukan bakat baru Anda seperti membuat kue misalnya? Atau ternyata masakan Ayam Semur Anda sangat enak? Bagi Anda yang terbiasa bekerja atau mahasiswa, memasak adalah hal yang tidak umum dilakukan karena menyita waktu. Nah, di liburan yang panjang ini, Anda bsia belajar memasak. Berbagai acara masak-masak di TV dapat menjadi rujukan untuk Anda dalam berkreasi di dapur. Memasak juga tidak terbatas pada perempuan, justru banyak ‘chef’ laki-laki yang terkenal. Resep bisa dicari online atau majalah. Tinggal memasak saja!
  • Bekerja paruh waktu atau magang sementara
    Bekerja paruh waku tidak identik dengan kebutuhan tambahan penghasilan, meskipun kebanyak orang bekerja paruh waktu untuk uang. Anda tipe pekerja keras dan menikmati pekerjaan? Beberapa orang menganggap bekerja itu menyenangkan sehingga bagi mereka bekerja serasa liburan. Maka ketika libur justru ingin bekerja! Hal itu sama sekali tidak ada salahnya. Ketika kesempatan untuk bekerja paruh waktu atau magang ada, tidak ada salahnya dicoba. Hal yang paling menguntungkan adalah Anda bisa mendapatkan penghasilan tambahan dan mencoba pengalaman bekerja yang berbeda. Bagi mahasiswa, magang adalah kegiatan yang sangat bermanfaat karena Anda akan menghadapinya nanti setelah lulus, apalagi kalau sampai Anda digaji. Pengalaman magang juga menambah poin tersendiri di CV Anda!
Selamat menikmati liburan Anda!

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Sangat dirasakan bahwa anak bangsa setiap tahun akan merasakan kekuatiran akan UN, bukan saja siswa, guru, orang tua dan pengelola sekolah sendiri. Kekuatiran yang dialami sangat wajar karena dapat menentukan masa depan akan lebih baik atau lebih suram.

Jika disimak dengan baik, hasil UN saat ini belum memberikan manfaat bagi siswa maupun guru dan pihak sekolah selain kekuatiran dan kegelisahan bahkan keputus asahan yang terjadi, karena dengan hasil UN yang diuji akan menentukan nasib belajar selama 6 - 9 - 12 tahun disekolah.

Seolah-olah jerih payah guru dan sekolah ditentukan uji materi beberapa pelajaran yang diujikan dalam UN. Apakah kemampuan seorang anak hanya ditentukan beberapa materi uji itu saja kah ? Adilkah itu bagi siswa, bagi guru, sekolah maupun orang tua ?

Menyimak dan meneliti UN yang diadakan di luar negeri, lebih hanya pada mengukur kualitas hasil didik sekolah disetiap kota / propinsi atau secara national. Untuk dilihat / dinilai / diukur kemampaun rata-rata secara kota / daerah atau nasional. Kemudian diambil kebijaksaan pemerintah setelah dievaluasi dengan cermat, mencari solusi terbaik meliputi metode / kurikulum / sarana - prasarana untuk dibuatkan kebijaksanaan kedepan dalam meningkatkan kualitas guru / sekolah yang semuanya berdampak pada siswa.

Jadi sama sekali tidak menentukan siswa untuk bisa lulus dari ujian melalui UN. Melainkan sebagai data yang akurat kualitas sekolah, ranking sekolah disetiap kota / daerah maupun secara nasional. Dengan data yang transparan ini semua pihak bisa mencerminkan dirinya apakah sudah memenuhi syarat sebagai sekolah yang baik atau apa yang dirasa perlu untuk ditingkatkan terus.

Tanpa kesulitan yang berarti, masyarakat akan menjadi penentu mana sekolah yang baik , mana yang tidak baik. Orang tua akan dengan mudah membaca bahwa anaknya berada di ranking apa jika diukur dalam sekota, se daerah atau secara nasional.

Jika UN jelas sasarannya, maka pemerintahpun akan mudah menentukan kebijaksanaan yang tepat guna, tidak lagi menghamburkan uang yang tidak ada manfaatnya, seperti UN susulan sebagai hiburan bagi yang tidak lulus, secara psikologis tidak ada manfaat apa-apa bukan ? Karena bobotnya sudah berbeda. Semua juga tahu bahwa siswa ini lulus karena susulan, realita ini tidak bisa disembuhkan hanya karena UN susulan dan lulus, effek psikologisnya terlalu besar saat ia mendaftar universitas, hampir universits yang baik akan tertutup bagi dirinya.