Assalamualikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Membawa bayi beraktifitas di luar rumah seperti berbelanja dan berjalan-jalan membutuhkan alat gendong yang nyaman. Bagaimana tidak, membawa bayi berjalan tanpa gendongan bayi dengan waktu yang tidak sebentar bisa sangat melelahkan untuk orangtua. Bayi sangat senang berada dalam gendongan orangtua sambil berjalan-jalan. Tapi jika orangtua merasa kelelahan, ini tidak nyaman juga untuk bayi.

Memilih gendongan bayi memang gampang-gampang susah. Bukan hanya model yang bagus, tapi juga fungsinya yang harus disesuaikan dengan kebutuhan. Bayi usia 0 sampai 3 bulan hanya membutuhkan gendongan bayi berbentuk selendang atau sling, karena tubuhnya masih relatif kecil dan tidak banyak bergerak.

Sementara untuk bayi yang sudah lebih besar dan dapat menegakkan kepalanya membutuhkan gendongan bayi yang lebih kuat dan sesuai dengan kebutuhan, seperti pada gendongan bayi berbentuk ransel. Alat gendongan seperti ini memiliki dua metode yaitu menghadap depan dan menghadap belakang. Lalu mana yang lebih nyaman untuk orang tua dan bayi?

Gendongan bayi depan, selain memudahkan orang tua menjaga dan berkomunikasi dengan bayi, juga menyenangkan untuk bayi cemerlang. Bayi cemerlang terlihat dari semangatnya untuk melihat dan mendengar segala hal yang ia temui. Dengan gendongan bayi depan ini bayi dapat dengan leluasa menikmati dunia di sekelilingnya.

Ini memberikan kesempatan orangtua untuk mendidik bayi mengenali objek-objek baru di luar rumah. Sementara dengan gendongan bayi belakang orangtua jadi lebih leluasa menggunakan kedua tangannya untuk melakukan hal lain seperti membawa tas misalnya.

Ukuran gendongan bayi biasanya disesuaikan dengan berat badan bayi. Gendongan bayi depan biasanya untuk bayi dengan berat badan sampai 9 kilogram, dan untuk bayi dengan berat badan lebih dari itu alat gendong belakang sepertinya lebih nyaman untuk orangtua. Karena punggung dan bahu orangtua lebih kuat menanggung beban bayi dari pada tubuh bagian depan.

Faktor lain yang mempengaruhi kenyamanan gendongan bayi adalah ukuran tali gendongan. Jika tali gendongan bayi cukup kuat dan lebar maka ini tidak akan menyakiti bahu orangtua sekaligus nyaman untuk bayi. Selain itu, penjepit tali gendongan yang mudah dipasang atau dibuka dan kuat menyangga beban bayi akan memudahkan orangtua untuk menyesuaikan tubuh bayi untuk mendapatkan posisi yang paling nyaman.

Pada akhirnya agenda memilih gendongan bayi tidak hanya bertumpu pada selera dan model depan atau belakang, tapi juga pada ukuran serta kenyamanan orangtua dan bayi. Perlu diingat juga ada kereta dorong bayi sebagai perlengkapan bayi bila anda memiliki dana lebih.

Semoga bermanfaat, wassalam.
---------------------------
http://nama-bayi.net/tipe-gendongan-bayi-yang-nyaman.html

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Alhamdulillah, kembali Anak Indonesia menjadi juara pertama dalam festival tari anak internasional di 4th International Children Festival (Sun Golden Lykia World Oludeniz Folk Dance Competition) yang berlangsung di Fethiye, Mugla, Turki pada 24 April 2011.

Festival dan kompetisi ini dilaksanakan untuk memperingati hari anak nasional di Turki yang jatuh pada tanggal 23 April. Selama sembilan hari, ratusan anak-anak dari seluruh dunia, mengikuti rangkaian kegiatan untuk merayakan hari anak ini.

Kompetisi ini diikuti 16 grup dari 14 negara. Negara yang ikut bertanding dalam kompetisi tersebut diantaranya Turki, Azebaijan, Moldova, Rusia, Lithuania, India, Kazakhstan, Inggris, Georgia, Ukraina, Kenya, Siera Leone. Kompetisi tari tradisional sendiri berlangsung di Fethiye City Center disaksikan ribuan orang dan pejabat setempat.

Tim Indonesia diwakili SD Islam Al Ikhlas Jakarta yang beranggotakan 27 penari berbakat dan berada di bawah pelatihan Sanggar Gema Citra Nusantara, pimpinan Ibu Mira Arismunandar, tampil memukau hingga mendapatkan poin tertinggi dari akumulasi seluruh perhitungan dewan juri.

Tim juri yang berasal dari perwakilan masing-masing negara akhirnya menobatkan Indonesia sebagai juara pertama dalam kompetisi ini. Juara kedua diraih Ukraina dan juara ketiga jatuh kepada Georgia.

Rulli Habibie, orang tua murid SD Islam Al Ikhlas membenarkan informasi tersebut. “Saya senang sekali waktu dikabari Istri saya dari Turki. Bangga,” katanya.

Anak Rully, Mohammad Rafid Habibie (10) dan Mazaya Rafina Habibie (10) telah berlatih selama lima bulan untuk mengikuti kompetisi ini.

Menurut Rully, anaknya membawakan tari Piring untuk kategori lelaki, dan tari Saman untuk kategori perempuan. “Tari Saman itu paling ditunggu-tunggu oleh orang sana,” katanya.

Luarbiasa! Semoga menyusul anak-anak Indonesia yang lain, InsyaAllah
Wassalam,
------------------------------------------

Sumber: http://indonesiaproud.wordpress.com/

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Diperlukan cara komunikasi yang tepat untuk memberikan penjelasan selengkap mungkin mengenai apa itu bahaya, bukan hanya sekadar melarang. Ada beragam bahaya yang mungkin bakal ditemui anak di lingkungannya.

Komunikasikan dengan bahasa yang sederhana dan sediakan waktu yang cukup untuk menjelaskannya, jangan terburu-buru. Namun penjelasan dengan kata-kata saja tidaklah cukup, harus disertai contoh nyata. Melalui contoh itulah anak akan belajar langsung merasakan sesuatu yang membahayakan dirinya.

Namun, orang tua harus hati-hati dalam memilih contoh konkret tersebut. Jika membahayakan seperti panasnya api, tak perlulah ia bersentuhan langsung karena dikhawatirkan malah membuatnya cedera dan trauma.

Berikut tips mengenalkan arti bahaya pada anak:

1. Jelaskan hubungan sebab-akibat yang mungkin timbul.
Selain dapat membuat anak memahami bahwa sesuatu yang dilarang ini memang dapat membahayakan dirinya, juga sekaligus dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Dalam mengenalkan api, misal, berikan penjelasan tentang akibat yang ditimbulkan. "Api ini berbahaya karena panas. Saking panasnya, bila terkena api dapat menyebabkan luka bakar di kulit. Permukaan kulit akan menggelembung seperti balon dan berisi air, rasanya perih dan sakit."

2. Ajak anak untuk mencoba langsung.
Untuk lebih memahami rasa panas itu, ajak anak ke dapur. Minta ia memegang pinggiran kompor sebentar atau memegang tempe goreng yang masih panas dan baru saja diangkat dari penggorengan. Cara ini untuk membuktikan secara konkret akan rasa panas. Sambil memegang pinggiran kompor atau tempe goreng, berikan penjelasan. Contoh, "Coba, deh, pegang pinggiran kompor ini. Panas, kan? Api itu lebih panas lagi." Atau, "Coba pegang tempe yang baru saja Mama angkat. Panas enggak? Panas api kompor itu bisa membuat minyak goreng jadi panas, lo, sampai-sampai makanan mentah jadi matang. Tempe yang Mama goreng tadi masih panas, kan, walau sudah diangkat dari minyak goreng? Jadi, jangan main dengan api, ya... berbahaya."


3. Minta anak mengungkapkan pendapatnya.
Setelah anak merasakan langsung, minta ia mengungkapkan pendapatnya. Dengan demikian dapat diketahui, apakah si batita sudah memahami atau belum penjelasan yang baru saja disampaikan.

4. Ajari anak tentang pertolongan yang harus ia lakukan bila dirinya mengalami bahaya.
Untuk memudahkan pemahaman si batita, tentunya tak cukup dengan memberikan penjelasan tetapi sampaikan pula cara-cara yang harus dilakukan dengan konkret. Umpama, saat anak terkena pisau. Praktikkan cara membersihkan lukanya berikut cara memberikan obatnya serta cara membalutnya bila perlu. Dengan demikian, saat tak ada yang mendampingi dan si batita nekad mencoba-coba, ia sudah mampu menolong diri sendiri. Tak perlu ragu anak tak akan mampu melakukan, karena si batita sudah semestinya mampu menolong dirinya.

Semoga bermanfaat, wassalam

sumber: Utami Sri Rahayu.
Foto: Iman/nakita


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Kalkulator bisa menjadi alat bantu, bisa juga membuat otak tumpul. Kapan waktu yang tepat membolehkan anak memakai alat canggih ini?

"Ma... aku pusing nih. Banyak banget PR matematikanya! Hitungannya banyak lagi. Boleh nggak, aku pakai kalkulator biar ngerjainnya cepat?" pinta Anggia (10 tahun).
"Lho, kamu kan baru kelas 4, belum boleh pakai kalkulator. Nanti otak kamu jadi tumpul kalau ngitung pakai kalkulator," jelas Samira (35 tahun).
"Yaah, Mama kuno deh. Teman-teman kalau di rumah boleh sama mamanya pakai kalkulator," sungut Angia.

***

Penggunaan alat bantu seperti kakulator sampai sekarang masih jadi bahan pertentangan. Banyak orangtua serta sekolah yang melarang muridnya membawa alat itu ke dalam kelas. Tapi ada juga yang mengizinkan. Menurut pihak yang tidak mengizinkan, mereka mengatakan kalkulator bisa berdampak negatif, misalnya anak jadi malas, dan bikin otak jadi tumpul. Anak jadi tidak berlatih berpikir dengan otaknya. Apa-apa tinggal pencet tombol kalkulator. Perhitungan penjumlahan, perkalian, pembagian, akar, pecahan, persentasi, langsung tampak di layar tanpa harus memutar otak lebih keras.

Henny Eunike Wirawan, psikolog di Universitas Tarumanagara Jakarta mengatakan, pengajaran matematika bagi kelas 1-3 baru sebatas pengenalan konsep, terutama untuk anak kelas 1. Kemudian, barulah anak diajarkan untuk memahami konsep, selanjutnya mengaplikasikan konsep. Karena itu untuk tahap awal, anak harus benar-benar kenal segala hal yang berkaitan dengan angka. Termasuk operasi matematika seperti tambah, kurang, kali, dan bagi. "Supaya bisa menguasai konsep dasar, anak harus mengerjakan sendiri tugas-tugasnya dengan cara manual, tanpa alat bantu."

Cara pengenalan secara manual ini menurut Henny lebih efektif daripada menggunakan alat bantu. Sebab kalau memakai alat bantu, anak akan dengan mudah mengalami ketergantungan dengan benda tersebut. Khususnya kalkulator. "Tanpa kalkulator, bisa-bisa anak tidak mampu mengerjakan tugasnya. Kalaupun bisa, tentunya sangat lambat, karena mereka tidak terbiasa melakukan perhitungan sederhana sekalipun. Dengan begitu potensi logika matematika anak menjadi tumpul, karena penggunaan alat bantu yang sebenarnya belum pada waktunya digunakan."

Di samping itu, terang Henny, penggunaan kalkulator di usia dini cenderung mendorong anak tidak terbiasa teliti dalam bekerja. "Kalkulator bisa saja membuat anak tidak mengerti konsep matematika. Akibatnya malah jadi tidak bisa matematika."

Tak Akan Gaptek
Jika ditilik dari segi positifnya, kalkulator bisa mempercepat proses kerja dan menghemat kertas hitung. "Anak tidak perlu menggunakan kertas coret-coretan dan berlama-lama mengerjakan tugas. Efeknya, lebih banyak kegiatan di luar mengerjakan PR yang bisa dilakukan anak," papar Pembantu Dekan III Fakultas Psikologi ini.

Namun lanjut Henny, ada baiknya kalkulator digunakan oleh anak yang lebih besar. Misal untuk anak kelas 1 SLTP atau lebih. "Anak yang lebih dewasa sudah mengenal rumus yang akan digunakan dan aplikasinya pada hitungan tertentu. Jadi penggunaan kalkulator benar-benar sebagai alat bantu, bukan sarana utama. Anak sendirilah yang menentukan perhitungan seperti apa yang harus dijalankannya."

Dalam perkuliahan sekalipun, tanpa mengerti proses perhitungan secara manual, kalkulator secanggih apapun tak ada gunanya. "Mahasiswa sekalipun mesti mengerti apa yang harus dilakukannya. Barulah, kalkulator digunakan untuk membantu proses perhitungan itu."

Mengenai kekhawatiran orangtua bahwa kalau anak tak dikenalkan kalkulator, anak jadi gaptek (gagap teknologi), Henny membantahnya. "Tak perlu khawatir si kecil dikatakan gaptek. Kecanggihan kalkulator bisa dipelajari dalam waktu cepat, asalkan hal-hal yang mendasar sudah dikuasai dengan baik."


Sempoa, Boleh Nggak?
Sempoa sudah ada jauh sebelum kalkulator ada. Hanya saja, baru mulai populer lagi belakangan ini. Penggunaan sempoa pada prinsipnya membantu anak untuk menyeimbangkan otak kiri dan kanan, agar kedua belahan otak berfungsi secara optimal.

Tapi menurut Henny, seandainya mau digunakan sebagai alat bantu berhitung, seyogyanya penggunaan sempoa dipertimbangkan kembali. Sebab fungsi sempoa mirip kalkulator. "Kecuali kalau si anak sudah sangat menguasai sempoa, sehingga bisa melakukan perhitungan cara sempoa cukup dengan menggunakan jari tangan. "Jadi, metodenya yang diadaptasi, tanpa perlu membawa alatnya ke dalam kelas." (Esi)

Wassalam.


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Bukan hal mudah untuk berkomunikasi secara efektif dengan anak. Komunikasi merupakan penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain, baik secara verbal (kata-kata) maupun nonverbal (gerak atau simbol).

Komunikasi dikatakan efektif bila pesan itu bisa dipahami oleh penerima. Komunikasi yang tidak efektif ditandai dengan pesan yang tidak nyambung, atau si penerima salah memahami pesan itu. Kasandra Oemarjadi, Psi., dari biro konsultasi Kasandra Persona Prawacana, mengatakan ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam hal berkomunikasi dengan anak batita:

KEMAMPUAN USIA BATITA
Kemampuan berbicara merupakan keterampilan mental-motorik. Dengan kata lain, bicara tidak hanya melibatkan fungsi otot bicara dan sekumpulan bunyi saja, tapi juga melibatkan fungsi mental yaitu memahami arti dari bunyi yang dihasilkan. Inilah berbagai kemampuan berkomuikasi yang ditunjukkan anak batita:

* Bicara membeo. 
Jika anak usia ini sering meniru kata yang diucapkan orang dewasa atau anak lain seperti halnya seekor burung beo, itu karena ia baru bisa meniru bunyi tapi belum memiliki kemampuan mental komunikasi.

* Paham benda dan fungsinya baru secara konkret.
Misalnya gelas untuk minum atau pulpen untuk menulis. Ia belum bisa memahami kata-kata abstrak seperti tanggung jawab atau stres.

* Perbendaharaan kata terbatas.
Anak batita awal atau pertengahan (12-18 bulan) malah mungkin belum bisa berkata-kata sama sekali. Itulah sebabnya, komunikasi yang kerap dilakukan anak usia ini bersifat nonverbal.

* Berperilaku tak terduga.
Keterbatasan si batita berkomunikasi secara verbal memunculkan banyak perilaku tak disangka-sangka. Misalnya melakukan protes dengan cara mengganggu orang tuanya yang sedang membaca koran karena sibuk sendiri dan tidak memperhatikan dirinya.

* Daya tangkapnya belum sebaik anak prasekolah atau sekolah.
Tak heran banyak anak bingung saat mendapat larangan maupun perintah yang merupakan pertanda ia belum mengerti secara utuh ucapan orang tuanya.

* Meski sudah bisa bicara, bukan berarti sudah paham benar arti dan penggunaan kata-kata. Contohnya, "bola" bukan sebagai bola yang bentuknya bulat saja, melainkan untuk semua mainannya. Atau menyebut "teh" untuk semua minuman.

* Hanya bisa menangkap pesan-pesan singkat.
Agar anak tidak bingung, orang tua harus membatasi diri pada ungkapan "ya" sebagai tanda setuju dan "tidak" sebagai larangan.

Semoga bermanfaat, wassalam

(brainstorm-services.com)
Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Mungkin ini lah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan sikap anak yang tidak jauh berbeda dari perangai orang tuanya.

Bahkan, jika anak sering melakukan tindak kriminal dan berulang kali berurusan dengan hal-hal kejahatan, hal ini turut dipengaruhi oleh faktor genetik. Jika Anda menemukan seseorang yang sering melakukan tindak kriminal, bisa diselidiki, apakah orang tuanya juga berperilaku sama seperti anaknya.

Seperti dikutip dari laman Daily Mail, sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa segala tindakan dan perilaku seorang anak pasti tidak akan jauh dari pribadi orang tuanya.

Sebuah studi yang melibatkan anak laki-laki dan perempuan yang diketahui memiliki catatan kriminal empat kali ternyata setelah diteliti memiliki orang tua dengan segudang catatan kriminal.

The Florida State University mempelajari sikap 250 anak remaja pria dan perempuan. Mereka diteliti dengan melakukan wawancara saat memasuki usia SMA, kemudian secara berkala diwawancarai selama 13 tahun ke depan.

Dari penelitian ini terungkap, bahwa anak remaja laki-laki dan perempuan yang memiliki orang tua kandung dengan masalah kriminal dan pernah berurusan dengan polisi 4-5 kali, cenderung memiliki anak dengan sikap yang sama dibanding dengan orang tua kandung yang sama sekali tidak pernah berurusan dengan kepolisian.

"Anak-anak yang memiliki ayah biologis atau ibu kandung pernah bertindak kriminal, secara signifikan akan mengalami hal yang sama, dengan hukuman masa percobaan, beberapa kali dipenjara atau ditangkap," kata Kevin Beaver, penulis studi dan kriminologi.

Gen ini juga terlibat dalam perilaku kekerasan antisosial termasuk salah satu yang disebut MAO-A yang membuat enzim sebagai pemecah bahan kimia dalam otak yang terkait dengan agresi.

Versi ekstrim dari MAO-A atau gen jenis lain, telah terbukti memiliki pengaruh kuat ketika dipasangkan dengan perilaku anak yang bermasalah dalam pendidikan. Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal Biological Psychiatry. (art)

Tidak sekedar nakal, gen ini juga bisa membawa perilaku anak pada tindak kriminal.

Wassalam,

sumber:http://kosmo.vivanews.com/news/read/193241-ditemukan-gen-pembentuk-anak-kriminal


Asalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

VIVAnews - Wanita yang merencanakan atau sedang hamil dianjurkan agar mengasup makanan kaya asam folat dan zat besi. Kombinasi dua nutrisi akan menjadikan anak cerdas.

Hasil penelitian dimuat dalam edisi terbaru Journal of American Medical Association. Studi di Nepal menemukan ibu yang makan zat besi dan asam folat selama kehamilan, anak-anak mereka menunjukkan keterampilan kognitif dan motorik lebih besar dibandingkan anak-anak yang ibunya tidak mengasup suplemen kehamilan.

Sebanyak 676 responden anak, diamati tumbuh kembang semenjak balita, hingga anak berusia 7-9 tahun. Anak-anak dari ibu yang minum suplemen prenatal asam folat dan zat besi menunjukkan kemampuan kognitif lebih kuat dan kemampuan penalaran lebih tinggi.

Salah satu peneliti studi, Laura Murray-Kolb, asisten profesor di Penn State University mengatakan, penelitian pada tikus menunjukkan kekurangan zat besi selama kehamilan dapat mengubah neurotransmitter di otak. Akibatnya akan mempengaruhi kecepatan pemrosesan informasi. Studi di Nepal menunjukkan hal serupa pada manusia.

"Program prental yang rendah biaya yang dapat diimplementasikan di tingkat masyarakat. Di negara berkembang banyak wanita hamil yang tidak memeriksakan kehamilan ke dokter," kata Murray-Kolb seperti dimuat dalam AolHealth. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan sekitar 50 persen wanita hamil di negara berkembang mengalami anemia.

Kombinasi dua nutrisi ini akan menjadikan anak miliki 'otak encer'.

Wassalam,

image: Corbis
sumber:http://kosmo.vivanews.com/news/read/195955-nutrisi-agar-anak-cerdas


Assalamualaikum wr wr,salam cerdas kreatif.

ALANGKAH bahagianya saat si kecil menyebut kata "mama" atau "papa" untuk pertama kalinya. Kedua kata tersebut memang sering menajadi kata pertama bayi-bayi di seluruh dunia. Ternyata ada alasan ilmiah di balik semua itu.

Sejak usia 2 bulan umumnya bayi sudah bisa menirukan intonasi suara kita dan membedakan suara. Seiring dengan bertambahnya usia, ia pun makin sering mengoceh, dan di usia 8-9 bulan normalnya bayi sudah bisa bicara dalam arti menyebutkan kata, seperti "mama" atau "papa".

Peneliti post-doktoral dari Universitas British Columbia, Judith Gervain, menyebutkan, kata "mama" atau "papa" dalam banyak bahasa di seluruh dunia pada umumnya merupakan kata yang sering diulang-ulang. Selain itu, baik dari segi linguistik maupun fungsi susunannya, kata "mama" dan "papa" lebih mudah bagi bayi ketimbang "ibu" atau "bunda" misalnya.

Untuk mengungkap alasan ilmiah di balik ocehan bayi ini, tim peneliti yang diketuai oleh Gervain melakukan pindai otak terhadap 22 bayi baru lahir berusia 2-3 hari sambil diperdengarkan rekaman kata-kata. Bayi-bayi mungil tadi mendengarkan kata yang memiliki pengulangan silabel, seperti "mubaba" dan "penana", juga kata yang tidak berulang, seperti "mubage" dan "penaku".

Ternyata aktivitas otak bayi di bagian yang merupakan pusat bahasa meningkat saat rekaman kata-kata dengan pengulangan silabel diperdengarkan. Sementara saat bayi mendengar kata yang tidak berulang seperti "bamuba atau napena", tidak terlihat adanya respons di otak.

"Hal ini menunjukkan bahwa bayi lahir dengan kemampuan untuk menerima dan belajar bahasa ibu secara sistematik dan efisien," kata Gervain yang hasil penelitiannya dipublikasikan secara online dalam jurnal Proceeding of the National Academy of Sciences.

Untuk menstimulai kemampuan bicara bayi sedini mungkin, sering-seringlah berbicara kepada bayi. Gunakan kata-kata dengan artikulasi sederhana dan bicaralah lebih lambat dan jelas dengan intonasi yang menyenangkan sehingga bayi mendapat kesempatan untuk menangkap kata-kata itu dan memahaminya.

Wassalam.
-----------
sumber:
http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/28/10125514/mengapa.mama.adalah.kata.pertama.bayi.

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

"Adek, kalau sudah besar nanti mau jadi apa?". Bisa jadi jawaban dari anak-anak bermacam-macam, ada yang mau jadi doketr, polisi, artis, guru, pilot dan lainnya. Jawaban yang menggambarkan keinginan anak dari imajinasi dan kreatifitas yang mereka dapatkan dari berbagai hal.

Berikut ini cita-cita idola anak yang sering terucap dari mulut manis buah hati kita:

Dokter


Pilot

Astronot

Guru


Tentara


Artis


Atlit


Polisi


Pengacara


Seperti Ayah dan Bunda

Nah, itulah beberapa cita-cita idola anak dan sudah menjadi tanggung jawab orang tua untuk membantu mewujudkannya dengan membantu dan memfasilitasinya, InsyaAllah.

Dan tentunya masih banyak cita-cita lain yang belum tertulis, bila sahabat mau berbagi silahkan menambahkan.

Makasih, wassalam.

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Dunia anak memang dunia bermain dan kalau bicara permainan, sudah sejak dari dulua ada. Namun dengan berkembangnya ilmu dan tehnologi, permainan anak-anak sekarang berbeda dengan permainan anak-anak dulu (jaman kita masih kecil)

Nah berikut ini yang saya masih ingat, permainan idola anak-anak dulu:


1. Petak Umpet
Kayanya permainan idola anak-anak .. jangan-jangan juga sudah mendunia nih ... hihihi ..


2. Main Kelereng
Yang main permainan ini biasanya anak laki-laki. saling incar supaya bisa kena ke kelereng lawan

3. Lompat Tali Karet
Biasanya yang bermain lompat tali karet ini anak perempuan, tapi ada juga sih anak-anak lagi yang ikut.

4. Bola Bekel
lempar dan tangkep bola kembali sambil mengambil biji-bijinya (maaf namanya lupa)

5. Engkle' (dibaca Engklek ... bener ga?)
Cara mainnya, melempar pecahan genteng ke tempat yang sudah dibuat. Lalu pemain mengambilnya dengan cara melompat dengan kaki satu (engkle')

6. Bentengan
susah jelasin permainan ini, pokonya kita mesti nginjek benteng lawan duluan.

7. Kucing-kucingan
bingung juga jelasin permainan ini pokonya .. kucing-kucingan dia jadi kucing-kucingan ... hihihi.

8. Ular-ular'an
permainan ini dilakukan oleh banyak anak dengan cara berbaris saling berpegangan pundak satu sama lain . .terus ntar bakal masuk terowongan yg dibuat 2 anak lainnya


9. Perang -perangan
permainan ini cuman butuh pistol2an dan suara yang nyaring . .cuman susahnya ga pernah ada yang mau mati, jadi udah ditembak tetep aja pengen ikutan maen.

10. Boy-boy'an (bahasa Indonesianya apa ya .. ?)
permainan ini memakai bola tenis yg harus digelindingin sama satu tim supaya kena tumpukan genteng yg udah disusun tim yg lain . .lumayan seru

11. Main Bola
mau cuaca panas, hujan, angin ribut, gempa bumi ane tetep pegi maen bola pasti ga pernah dulu ane liat ada anak yg ga maen bola

Itu beberapa permainan anak dulu yang masih saya ingat. kalau sahabat ada yang lain silahkan untuk menambahnya. Terima kasih

Wassalam
gambar dari google


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Membantu anak boleh-boleh saja, namun bila orang tua terlalu sering membantu anak bisa mengakibatkan anak tak dapat mengenali kemampuannya lagi. Anak akan sering mengatakan, "Saya tak bisa ini, Saya tak bisa itu." Hal ini terjadi karena anak tak dibiarkan dan belajar menghadapi kesulitan sedikitpun.

Contoh:
  • Ketika si anak mengeluh tentang sulitnya mengerjakan ‘PR’ dari sekolah, orang tua langsung mengambil alih dan mengerjakan PR tersebut.
  • Saat anak menghadapi masalah dengan mainannya, orang tua segera mengatasi masalah tersebut.
  • dan contoh-contoh lainnya.

Dan bila hal ini kta biarkan terus menerus, anak akan tumbuh sebagai anak yang pesimis, anak yang merasa tak mampu menghadapi berbagai masalah atau kesulitan.

Anak akan menjadi anak yang selalu menunggu dan mengharapkan bantuan orang lain datang untuk dalam mengatasi masalah-masalahnya. Manakala bantuan itu tak ia peroleh, ia pun merasa tak dapat berbuat apa apa.

Tentu hal ini tidak diinginkan bagi semua orang tua?, semoga.

Wassalam,

Kisah Si Dayang Bandir

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Yuk, kita mendongeng yuuuk ..., ini dia Kisah Si Dayang Bandir:

Dahulu di propinsi Sumatera Utara terdapat dua kerajaan. Kerajaan itu dikenal dengan nama Kerajaan Timur dan Kerajaan Barat. Pada suatu ketika, raja yang berkuasa di Kerajaan Timur menikah dengan adik perempuan dari raja yang berkuasa di Kerajaan Barat. Beberapa tahun kemudian lahir seorang bayi perempuan yang diberi nama Si Dayang Bandir, tujuh tahun kemudian lahir seorang anak laki-laki yang bernama Sandean Raja. Ketika masih kecil, ayah Si Dayang Bandir dan Sandean Raja meninggal dunia.

Dengan meninggalnya raja di Kerajaan Timur, maka tahta Kerajaan Timur menjadi kosong. Berhubung Sandean Raja masih kecil dan belum bisa menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja, maka dalam sidang istana kerajaan menunjuk Paman Kareang untuk mengendalikan pemerintahan kerajaan.
Si Dayang Bandir mempunyai akal untuk menyelamatkan benda-benda pusaka agar jangan sampai jatuh ke tangan pamannya yang hanya menggantikan pemerintahan sementara. Hmm.. benda-benda pusaka ini harus kuselamatkan agar jangan sampai jatuh di tangan pamanku, kelak adik Sandean Raja lah yang berhak atas benda-benda pusaka ini, gumam Si Dayang Bandir.

Tidak berapa lama, Paman Kareang mengetahui benda-benda pusaka peninggalan raja telah disimpan Si Dayang Bandir. Ia mendesak Si Dayang Bandir agar menyerahkan benda-benda itu. Awas! Kalau benda-benda itu tidak diserahkan padaku, keselamatan mu akan terancam! Itulah ancaman Paman Kareang kepada Si Dayang Bandir. Namun Si Dayang Bandir tetap tidak mau menyerahkan benda-benda pusaka itu.


Kekesalan Paman Kareang menyebabkan Si Dayang Bandir dan Sandean Raja dibuang ke hutan. Sesampainya di hutan, Paman Kareang mengikat Si Dayang Bandir di atas sebatang pohon sehingga tidak dapat dijangkau adiknya, Sandean Raja. Sandean Raja menangis tak henti-henti sampai kehabisan air mata. Sandean Raja mencoba membebaskan kakaknya. Tapi ia tidak berhasil memanjat pohon tersebut, setiap mencoba ia pun jatuh.Tubuhnya menjadi tergores dan luka-luka. Biarlah kekejaman paman ini kutanggung sendiri, kata Si Dayang Bandir lemah. Bila kau lapar, makanlah pucuk-pucuk daun yang berada di sekitarmu, ucap Si Dayang Bandir, kepada adiknya yang kelaparan.

Setelah beberapa hari terikat di batang pohon, akhirnya Si Dayang Bandir tampak mulai lemas dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Begitu kejam pamanku! umpat Sandean Raja. Ia pun hidup seorang diri di hutan selama beberapa tahun hingga ia menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa. Selama di hutan, ia selalu ditemani roh Si Dayang Bandir. Ku harap kau segera menghadap Raja Sorma, bisik halus Roh Si Dayang Bandir, kepada Sandean Raja. Raja Sorma adalah adik kandung dari Ibu Sandean Raja. Raja Sorma tidak kejam seperti Paman Kareang yang saat ini sudah menjadi raja di Kerajaan Timur.

Sandean Raja berhasil keluar dari hutan dan segera menuju ke wilayah Kerajaan Barat untuk menghadap Raja Sorma. Ampun Sri Baginda Raja Sorma. Hamba adalah Sandean Raja. Putra Mahkota Kerajaan Timur, kata Sandean Raja. Raja Sorma sangat terkejut dengan ucapan Sandean Raja karena ia mendengar bahwa Sandean Raja dan Si Dayang Bandir telah meninggal dunia. Untuk membuktikan bahwa Sandean Raja benar-benar keponakannya, Sandean Rajadiuji memindahkan sebatang pohon hidup dari hutan ke Istana. Ujian selanjutnya, Sandean Raja diharuskan menebas sebidang hutan untuk dijadikan perladangan. Pekerjaan itu diselesaikan Sandean Raja dengan baik. Selanjutnya, Sandean Raja diperintahkan untuk membangun istana besar yang disebut Rumah Bolon dan ternyata berhasil dan selesai dalam waktu tiga hari.

Raja Sorma belum mau mengakui Sandean Raja sebagai keponakannya sebelum menempuh ujian terakhir. Yaitu, menunjuk seorang puteri raja di antara puluhan gadis di sebuah ruang yang gelap gulita. Sandean Raja merasa khawatir kalau ujian yang terakhir ini ia tidak berhasil. Jangan khawatir, aku akan membantumu, bisik roh Si Dayang Bandir. Akhirnya Sandean Raja berhasil memegang kepala puteri raja yang sedang bersimpuh. Atas keberhasilannya, Sandean Raja diakui sebagai keponakan Raja Sorma dan dinikahkan dengan puterinya.


Setahun kemudian, Sandean Raja bersama prajurit Kerajaan Barat menyerang Kerajaan Timur yang dikuasai oleh paman Raja Kareang. Dalam waktu yang tidak lama, Kerajaan Timur berhasil ditaklukkan dan Raja Kareang terbunuh oleh Sandean Raja. Kerajaan Timur akhirnya di kuasai oleh Sandean Raja. Dan akhirnya Sandean Raja dinobatkan menjadi raja Kerajaan Timur dan hidup bahagia bersama istri dan rakyatnya.

HIKMAH : Untuk membuktikan kebenaran diperlukan ujian yang keras. Hanya orang-orang yang bersemangat, sabar dan besar hatilah yang dapat melewati ujian seberat apapun.

Selamat mendengarkan, wassalam.


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Bermain adalah dunia anak, kita semua tahu itu. Namun, pernahkah memperhatikan, di usia batita anak-anak sudah memiliki pola bermain yang berbeda-beda. Tak jarang, mereka tampak asyik bermain sendirian atau soliter karena pola bermain ini memang masih mendominasi masa usia tersebut.

Hanya saja, tak sedikit para orang tua yang merasa khawatir melihat batitanya lebih suka bermain sendiri daripada bersama teman sebaya, walau tak sedikit pula yang malah merasa tenang bila anaknya bermain sendiri. Daripada sampai bertengkar karena berebut mainan dengan teman sebaya, lebih baik main sendiri, begitu pikir mereka.

Saat si batita belum mau bermain bersama anak lain, Alma Nadhira, Psi., setuju jika orang tua tidak memaksanya. Menurut psikolog dari RS Fatmawati, Jakarta ini, mereka masih bersifat malu-malu atau takut-takut. Kalaupun di dekatnya ada teman sebaya, biasanya mereka tak saling terlibat. Apalagi kita tahu di usia batita ego anak masih tinggi. Dia belum mau berbagi dan masih ingin diperhatikan, sehingga bermain bersama dapat membuatnya merasa tak nyaman, misalnya jika si teman menginginkan mainan dari tangannya dan berusaha merebut.

Namun, tak tertutup kemungkinan anak usia batita pun ada yang sudah bisa bersosialisasi. Ia bisa bermain bersama dengan teman lainnya. Malah bisa jadi dia merasa kurang gembira bila tak punya teman bermain atau harus bermain sendirian.
Jadi, menurut psikolog yang disapa Dhira ini, bermain sendiri atau bersama tergantung pada masing-masing anak dan juga orang tuanya. Ada anak yang memang merasa lebih senang bermain sendiri dibanding bermain dengan temannya. Besar kemungkinan, ini karena orang tuanya tidak mendorong si anak bersosialisasi sejak dini.

Sebaliknya, ada juga anak yang malah lebih senang bermain bersama. Biasanya, ini terjadi karena orang tua cenderung mendorongnya bermain bersama anak lain sejak dini. Contohnya, orang tua yang tinggal dalam keluarga besar.

Manfaat Bermain Sendiri:

* Bermain sendiri melatih kognisi atau melatih kemampuan belajar berdasarkan apa yang dialami dan diamati dari sekelilingnya.
* Saat sedang sendiri memainkan permainan yang menantang, anak memiliki kesempatan melatih konsentrasi dalam memecahkan masalah. Misalnya, saat bermain pasel anak akan berusaha memfokuskan diri menyambung kepingan¬kepingan gambar agar menjadi utuh kembali.
* Saat sendirian, imajinasi anak juga bebas mengembara ke mana-mana. Hal itu dimungkinkan karena dengan bermain sendiri ia dapat melepaskan diri dari kesibukan di sekeliling mereka. Jadi anak punya kesempatan untuk berpikir dan berkhayal sebebas-bebasnya. Adakalanya anak juga perlu menikmati privasinya, bukan?

Semoga bermanfaat, wassalam.

sumber: nakita


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat yang telah mengirimkan email ke kami. Via email, banyak sahabat yang menanyakan apakah artikel belajar Mind Map bisa dibuat untuk presentasi. InsyaAllah bisa .. karena artikel terdahulu mengenai Mind Map memang sering kami gunakan sebagai materi untuk presentasi juga.

Untuk kesempatan kali ini, kami ingin berbagi kepada semua dengan membuatkan presentasi "7 Langkah Mudah membuat Mind Map" berupa presentasi flash yang mudah digunakan.

Contoh presentasinya, bisa sahabat lihat di bawah ini:



Bila sahabat ada yang berminat bisa di download (GRATIS) di sini atau klik logo flash di kiri atas. Untuk file download berupa winrar, jadi sebelum memakainya ... mohon di extract lebih dahulu.

Bila ada pertanyaan, silahkan tinggalkan pesan di kolom komentar.

Terima kasih, semoga bermanfaat.
Wassalam.


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Sebenarnya sejak bayi, anak sudah dapat melakukan peniruan karena kemampuan ini lebih identik dengan anak batita. Seperti dituturkan Dra. Psi. Tisna Chandra, sejak usia 2 bulan, si kecil sebenarnya sudah cakap meniru. Hanya saja, orang tua tidak menyadarinya, sehingga momen ini pun sering luput dari perhatian.

Tisna menegaskan peniruan merupakan salah satu tugas perkembangan yang perlu dilalui bayi, sebelum masuk pada keterampilan identifikasi.

Nah sayangkan kalau momen ini terlewatkan. Berikut beberapa perkembangan peniruan si kecil yang dapat distimulasi sehingga tumbuh kembangnya makin optimal:

Suara dan Kata

Di usia 2 bulan bayi sudah mampu meniru kata-kata walau sekadar berujar “u…u…u” atau “a…a…a.” Sementara di usia 7 bulan, si kecil sudah bisa babbling atau mengucapkan suku kata yang senada seperti “ma-ma-ma“ atau “da-da-da”. Kemampuannya kian bertambah saat 11 bulan. Saat ini bayi sudah bisa menirukan kata berunsur konsonan-vokal dengan lebih bervariasi, seperti “ka-ka”, “mi-mi”, “bo-bo”, dan sebagainya.

* Stimulus:

Penting diketahui bayi suka meniru suara yang didengarnya. Jadi rajin-rajinlah untuk mengajaknya bercakap-cakap. Saat memandikan, misalnya, berbincang-bincanglah tentang apa yang tengah kita lakukan, “Mama mau gosok tangan Adek. Angkat tangan Adek seperti ini, ya.” Semakin banyak kata yang dikenalkan pada bayi, akan semakin banyak yang tersimpan dalam memorinya. Saat kemampuan bicaranya sudah semakin baik, si kecil tinggal membuka memori yang pernah disimpannya di masa bayi ini.

* Yang perlu dicermati:

Saat berbicara dengan bayi, hindari bahasa/kata yang dicadel-cadelkan. “Cayang mau cucu ya?” (padahal maksudnya “Sayang mau susu ya?”) Bila bayi terbiasa mendengar kata yang tidak benar kelak dia akan mengatakannya seperti apa yang kita ucapkan. Repotnya, kelak kita harus membetulkan kesalahan anak tersebut bukan?

Gerakan Motorik

Pada usia 8 bulan, bayi sudah dapat mengangkat-angkat tangan. Sebulan kemudian, ia mampu melambaikan tangan serta melakukan gerakan kiss by. Sementara umur 10 bulan, kecakapannya bertambah dengan bertepuk tangan.


* Stimulus:

Saat kita ingin si kecil mengikuti suatu gerakan, sesuaikan dengan kemampuan motorik yang ia miliki. Di usia 8 bulan, umpamanya, ia bisa diminta mengikuti contoh gerakan tangan ke atas dan ke bawah. Tapi jangan mengharapnya bisa meniru gerakan bertepuk tangan karena kesanggupannya belum sampai di situ. Berikut beberapa rangsangan lain yang bisa diberikan:

- Gerakkan jari jemari kita di udara untuk ditirunya. Stimulus ini berguna untuk merangsang keterampilan motorik halus anak agar ia kelak terampil dalam memegang benda-benda kecil, seperti pensil, pena, gelas, sendok-garpu, dan sebagainya.

- Kala menginjak 9-10 bulan, si kecil bisa diajak melakukan gerakan “mata genit” (beri contoh dengan menyipitkan/mengedipkan mata kita). Rangsangan seperti ini juga akan bermanfaat bagi pertumbuhan saraf-saraf di bagian kelopak matanya.

* Yang perlu dicermati:

Selain beberapa manfaat tadi, stimulasi-stimulasi semacam ini juga dapat mengembangkan kemampuan indra peraba serta inteligensinya. Gerakan meniru menaikkan dan menurunkan mainan, umpamanya, memungkinkan bayi merasakan permukaan yang kasar/halus dari mainan yang dipegangnya.

Peniruan Ekspresi Emosi

Bayi 9 bulan sudah bisa menirukan ekspresi senang, marah, lucu, dan lainnya. Ini berkaitan dengan pertumbuhan emosinya yang sudah berkembang dan pembelajaran dari lingkungan terdekat, seperti orang tua, pengasuh, kakak, nenek/kakek dan lainnya.

* Stimulasi:

Walau ia belum memahami apa itu senang, sedih, jengkel dan sebagainya, tapi melatih ekspresi emosinya tetap perlu. Cara paling sederhana adalah dengan selalu menunjukkan senyum dan tawa saat berhadapan dengannya.

* Yang perlu dicermati:

Sebagai manusia, wajar bila kita merasa sedih, jengkel atau marah. Namun sebaiknya jangan terlalu sering menampakkan emosi-emosi negatif pada si kecil. Bukankah ia sudah pandai meniru? Jadi kalau seorang ibu mudah mencucurkan air mata, si kecil pun bisa tumbuh menjadi anak yang cengeng. Begitu juga, bila emosi orang tua kerap meledak-ledak. Tak menutup kemungkinan karakter si kecil pun akan seperti itu nantinya. Intinya, bayi perlu belajar pentingnya kestabilan emosi. Jadi boleh saja, kita menunjuk wajah jengkel sekali-kali. Tapi tetap harus diimbangi dengan senyum dan tawa.

Peniruan Objek

Sejak usia 7 bulan bayi sanggup meniru perilaku orang-orang di sekelilingnya. Untuk itu, beri ia lebih banyak kebebasan untuk melakukan berbagai gerakan lewat perilaku-perilaku yang kita contohkan.

* Stimulasi:

Salah satu permainan yang bisa dicoba adalah menaruh bola ke dalam keranjang. Bayi 7 bulanan tengah menggandrungi kegiatan seperti ini. Sekitar usia 8-12 bulan, si kecil mulai bisa melakukan hal yang lebih kompleks, seperti memencet-mencet tombol keyboard komputer.

* Yang perlu dicermati:

Pilih mainan atau objek yang menarik dari segi warna, corak, bentuk, maupun bunyi. Rasa ketertarikan akan membuat bayi mau menyentuh, mengambil, dan memegang benda/mainan tersebut sehingga stimulasi dapat berjalan lebih optimal.

WASPADAI BILA BAYI TIDAK PERNAH MENIRU

Meskipun belum tentu sebagai pertanda kelainan, tak ada salahnya kita melakukan tindakan lebih lanjut. Antara lain, dengan mengonsultasikan perkembangan bayi pada psikolog atau dokter. Ada beberapa penyebab bayi tidak sanggup melakukan peniruan. Bisa karena organ bicaranya atau organ pendengarannya terganggu. Akibatnya saat kita mencoba mencontohkan kata-kata/ perilaku, ia tidak dapat mengikutinya. Kemungkinan lain adalah autisma. Bayi dengan gangguan ini umumnya tidak mampu berkomunikasi dengan lingkungan, tertutup, dan asyik dengan dirinya sendiri.

Tapi tentu tidak bijaksana jika kita langsung panik saat mendapati bayi tidak bisa melakukan suatu peniruan. Mungkin saja, ia hanya mengalami keterlambatan dan hanya perlu waktu lebih lama-sekitar 1-2 bulan dalam perkembangannya. Ini pun normal-normal saja selama tidak ada indikasi gangguan lain.

Semoga bermanfaat, wassalam.

------------------------------------------
Intisari sumber: Irfan Hasuki. Foto: Iman/nakita


Assalamaulaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Kebiasaan mengisap jempol dilakukan hampir 80 persen balita. Anak yang mengisap jempol biasanya sebagai upaya menenangkan diri. Tapi hati-hati anak yang suka mengisap jempol terlalu lama bisa merusak giginya.

Bagi orangtua baru mungkin akan sedikit bersyukur, karena bayi akan berhenti menangis jika mulutnya mengisap jempol. Tapi tanpa disadari hal ini akan menjadi suatu kebiasaan hingga anak tersebut dewasa nanti.

Diperkirakan sekitar 80 persen bayi dan anak-anak suka menghisap jempol pada saat-saat tertentu. Mengisap jempol merupakan refleks normal yang terjadi pada anak-anak untuk menenangkan dirinya saat mengalami stres, yang pada intinya anak-anak tersebut mencari kenyaman dan rasa aman. Tidak sedikit anak-anak yang bisa mengatasi hal ini, namun ada juga yang tidak.

Seperti dikutip dari Howstuffworks, ada dua faktor yang dapat mengindikasikan apakah mengisap jempol dapat merusak gigi atau tidak, yaitu faktor usia dan intensitasnya. Sebaiknya kebiasaan tersebut harus sudah bisa ditangani saat waktu tumbuhnya gigi permanen tiba yaitu sekitar usia 6 tahun.

Saat gigi susu sudah berganti dengan gigi permanen, potensi terjadinya kerusakan akan semakin besar sehingga bisa saja membutuhkan bantuan dokter gigi. Kerusakan yang ditimbulkan bisa berupa penyelarasan gigi yang tidak normal (malocclusion) serta kerusakan struktur langit-langit mulut. Ketika mengisap jempol akan membuat jempol mendorong gigi atas sehingga menjadi sedikit menjauh dari gigi yang lainnya, selain itu juga bisa menyebabkan anak menjadi cadel.

Intensitas mengisap jempol akan mempengaruhi tingkat kerusakan, jika intensitasnya kuat maka bisa menyebabkan kerusakan gigi yang permanen. Umumnya anak-anak ini melakukan hal tersebut pada saat lelah atau bosan.

Para ahli menyarankan sebaiknya memberikan dukungan positif pada anak-anak untuk tidak mengisap jempol, dan jangan memberikan dukungan negatif karena akan meningkatkan stres dan eksistensi anak tersebut untuk tetap mengisap. Serta dibutuhkan kesabaran dan waktu yang relatif tidak singkat.

Untuk membantu mengatasi anak yang mengisap jempol diperlukan terapi seperti memberikan sarung tangan kecil pada jari-jarinya terutama saat malam hari. Jika anak mengisap jempo karena cemas atau stres, berilah hiburan atau pelukan yang bisa memberikan rasa nyaman bagi anak.

Semoga bermanfaat, wassalam.

sumber:http://health.detik.com

Yoga Untuk Anak


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Yuk, bantu anak Anda relaks, meregang, dan memperkuat diri dengan pose-pose yoga untuk anak.
--------------------------------------------------

Orang tua tahu manfaat yoga untuk menenangkan, menyembuhkan otot kaku, dan meningkatkan kelenturan otot. Mengapa tidak mengajarkan kepada anak Anda?

Berikut ada tiga postur yang bisa dicobanya bersama Anda:

1. Big Ball Bends
Bantu si kecil membungkuskan badannya mengelilingi bola fitness seperti boneka kain yang lemas. Perlahan-lahan gerakkan bolanya ke depan dan belakang untuk memperdalam pose relaksasi ini.

2. Downward Dog
Postur ini sama seperti versi orang dewasanya tapi lebih mengasyikkan. Anak mulai dengan mengambil posisi di atas tangan dan lututnya. Bantu dia mendorong lengan dan kakinya agar lurus sehingga badannya membentuk huruf V terbalik. (Ini adalah posisi yang disebut downward dog). Bila anak Anda pernah melihat anjing sedang kencing, dia akan tertawa dengan langkah berikut ini: Minta anak Anda untuk menandai daerahnya dengan mengangkat satu kaki ke udara, satu per satu. Ini adalah cara yang bagus untuk meningkatkan keseimbangan dan kekuatan lengannya, juga untuk meregangkan pinggulnya.

3. Pose Pohon Apel
Minta anak Anda berdiri dengan punggung menempel di dinding. Bantu dia menekukkan satu kaki sehingga telapak kakinya menekan paha bagian dalam dari kaki yang berdiri. Bantu dia melatih keseimbangan dengan secara lembut mengubah posisinya sedikit menjauhi dinding. Minta dia mengangkat tangannya di atas kepala sambil saling mempertemukan kedua telapak tangannya

Ingatlah: Jangan khawatir bila pose anak Anda tidak sempurna. Maksud dari permainan ini hanyalah untuk bersenang-senang, dan membantu anak Anda mempelajari teknik relaksasi yang bisa digunakannya ketika sudah dewasa..

Manfaat:
Membangun otot, Koordinasi tangan/mata

semoga bermanfaat, wassalam.

http://www.huggies.co.id/BH/FunAndLearning/detail.aspx?id=23


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Mama, kok sibuk terus, sih? Memangnya kerja enggak ada liburnya?” protes Cindy Fahira Pohan (4 tahun) kepada ibunya, Iramawati Tambunan (38). Ya, boleh-boleh saja Anda sibuk berkarir di luar rumah, karena tujuan bekerja pasti untuk anak juga. Namun, anak pun menginginkan Anda memiliki waktu luang baginya. Jadi, Anda harus pintar me-manage waktu untuk memberikan perhatian kepadanya.

Kisah wanita yang berdomisili di Jalan SM Raja ini banyak juga dialami ibu-ibu di era zaman sekarang. Kedua orangtua terpaksa harus bekerja demi pemenuhan masa depan anaknya. Ujung-ujungnya, anak terpaksa diasuh pembantu atau dititip ke keluarga. Namun tanpa disadari, kebutuhan anak tak hanya kebutuhan fisik. Hal ini seringkali tidak disadari para orangtua yang sibuk berkarier. Mereka berpikir, melimpahi anak dengan harta benda sudah cukup.
Padahal tidak, kasih sayang dan perhatian orangtua paling penting untuk anak. Bentuk perhatian tidak melulu harus hadiah, tetapi dengan menemaninya belajar ataupun bermain, sudah cukup membuat anak senang dan bahagia.

Memang, demi tuntutan ekonomi, Iramawati Tambunan dan suaminya, Rifai Pohan (43), terpaksa harus bekerja. Anak mereka, Cindy Fahira Pohan, terpaksa diasuh kakak dari Iramawati, Suliarti Tambunan. Hampir tiap hari anaknya menghabiskan waktu bersama keluarga kakaknya. “Saya terpaksa harus bekerja untuk membantu ekonomi dan masa depan anak saya. Memang ada yang harus dikorbankan, anak saya jadi kurang perhatian orangtuanya. Saya hanya memiliki waktu di akhir pekan. Nak saya juga tidak rewel saat diasuh kakak saya,” ujar wanita yang akrab disapa Ira ini.

Begitu juga yang dikatakan Ali Torgis Pasaribu, suami kakaknya yang selama ini mengasuh anak Ira. Karena saban hari Cindy (anak Ira, Red) berada dalam asuhan mereka, Cindy pun sangat dekat dengan mereka. “Cindy memanggil saya dengan sebutan ayah. Padahal saya bukan ayahnya, tapi Om-nya. Mungkin ini karena Cindy tiap hari bersama kami kalau orangtuanya sibuk bekerja,” kata Ali.

Kata Ali, Cindy bukanlah tipe anak yang mengesalkan meski kadang rewel. Rewel bukan berarti cengeng. “Cindy anak cerdas. Cindy selalu banyak bertanya karena keingintahuannya. Meski Cindy kami asuh siang hari, tapi Cindy tidak melupakan siapa orangtuanya. Cindy anak pengertian karena dia tahu kalau mama-papanya bekerja untuk cari duit,” ujar Ali.

Menurut Ali, Cindy bukan anak yang gampang untuk bersosialisasi dengan orang lain. Cindy tak gampang dekat dengan orang lain yang belum dikenalnya. Tapi kalau sudah kenal, Cindy akan menjadi anak yang ramah dengan selalu banyak pertanyaan,” tambahnya.

Apalagi saat ini, kata Ali, Cindy sudah memiliki kesibukan bersekolah. Cindy baru duduk di bangku sekolah Taman Kanan-kanan (TK) Harapan Mandiri, Jalan Brig Jend Katamso Medan. “Setiap hari Cindy saya antar ke sekolah pada pukul 07.30 WIB. Cindy merasa senang dengan kegiatan barunya ini,” bilang Ali.

Dikatakan Ali, meski kedua orangtua Cindy tidak dapat sepenuhnya memberikan perhatian kepada Cindy, tapi dirinya tetap selalu mengingatkan kepada Cindy untuk mengerti keadaan orangtuanya, harus menyayangi orangtuanya dan tidak boleh menjadi anak yang manja. “Cindy justru sayang sama orangtuanya. Kalau lagi libur akhir pekan bersama orangtuanya, Cindy malah nyombong sama kami,” pungkas Ali sambil tersenyum. (del)

Sediakan Waktu Luang Untuk Anak
----------------------------------------
Ternyata, anak pun punya harapan kepada orangtua. Anak menginginkan orangtua punya waktu luang untuknya, yang mau berbagi, dan sebagainya. Apa lagi keinginan anak yang perlu diketahui orangtua?

Waktu luang Anda sangat dibutuhkan anak. Anda harus sering menelepon anak sesibuk apapun. Pada akhir pekan, harus menetapkan hari libur yang tak boleh lagi diusik dengan pekerjaan. Kemudian, orangtua jangan cekcok di depan anak. Sebab, jiwanya akan tertekan dan ia akan bingung, siapa yang harus dibela dan disalahkan. Ayahnya-kah atau ibunya-kah?

Anak juga mengingkan agar orangtuanya ramah terhadap teman-teman anak yang berkunjung. Lalu, anak menginginkan agar orangtua tak ingkar janji. Sebaiknya, jangan pernah memberikan janji pada anak, bila tak mau dicap anak sebagai orangtua pembohong?

Anak juga menginginkan orangtuanya pintar dan cekatan sehingga mampu menjawab setiap pertanyaan. Sebagai anak, mereka juga menginginkan orangtua tidak saja menjadi tempat berlindung, melainkan juga bisa diajak berbagi alias curhat. Inilah yang terkadang tidak disadari para orangtua terhadap keinginan anak.

Sulit membaur dalam kehidupan anak, membuat jarak, dan tidak mau tahu masalah yang dihadapi anak. Mulai sekarang, cobalah menata kembali hubungan Anda dan anak agar lebih akrab. Sehingga posisi Anda tak hanya sebagai orang tua, tetapi juga bisa sebagai teman.

Seringkali, orangtua tidak menyadari sikapnya, dan mengeluh di depan anak. Keluhan Anda pun bermacam-macam, dari masalah keluarga sampai urusan pekerjaan yang membuat bingung si kecil. Mau tidak mau, ini melibatkan anak untuk turut berpikir dalam persoalan yang Anda hadapi. Padahal, itu tidak perlu. Kenapa harus berbagi masalah dengan anak? Apa yang dapat Anda harapkan dari seorang anak yang masih kecil dan pola pikirnya belum luas? Kalaupun anak memberikan pendapat, pasti Anda tidak puas karena tidak sesuai dengan yang Anda harapkan. Jadi, bicarakan masalah Anda dengan pasangan ataupun orang yang lebih tua dan memahami masalah tersebut. (net/jppn)


Semoga bermanfaat, wassalam

Artikel ini dari [subberita]:http://www.hariansumutpos.com/arsip/?p=12305


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Mereka jarang tersenyum bukan karena mereka enggan untuk tersenyum. Tapi hidup dan waktu seolah menuntut mereka untuk menghabiskan sebagian besar kehidupan untuk bekerja keras sehingga terkadang mereka lupa bahwa ada waktu untuk tersenyum. Seolah dunia begitu keras menuntut mereka hingga mereka lupa untuk tertawa. Lihatlah teman….bahkan mereka tidak punya waktu untuk tersenyum. Apa mereka lupa cara tersenyum? Atau karena mereka tak pernah menerima senyuman, makanya mereka tak tahu lagi bagaimana caranya tersenyum?

Terkadang aku melihat dunia memang terlalu keras pada mereka. Bukan dunia sebagai objek, tapi dunia dengan manusianya. Bagaimana jika sesekali kita tidak menghabiskan waktu di tempat-tempat yang indah? Kenapa kita tak meluangkan waktu sejenak untuk memperhatikan mereka? Jika tak mau atau tak mampu membantu mereka dengan materi, tidak ada salahnya juga kita menghargai mereka dengan sebuah senyuman ikhlas dari wajah kita. Bukankah mereka juga saudara kita???


Teman,,, andai kita punya waktu untuk memperhatikan kehidupan mereka yang begitu sederhana. Maka kita akan menemukan kehidupan yang begitu indah. Di sana kita sadar betapa lebih beruntungnya kita….
Teman… tidak ada salahnya sesekali kita berjalan kaki sendirian di tengah keramaian sambil memperhatikan lingkungan kita. Cobalah luangkan waktu sedikit saja untuk itu. Sekali lagi, jika tak dapat memberi pada mereka, paling tidak kita bisa sadar dan lebih memahami lagi hidup kita.

Aku bangga pada mereka. Mereka hebat. Dengan kehidupan yang begitu keras, mereka tetap bisa menjalaninya. Meski tak tahu dengan apa hidup ini akan dilanjutkan esok hari dan dengan apa perut mereka akan diisi, mereka tetap menanti datangnya mentari pagi. Mereka bilang kalau mereka percaya bahwa selama mereka masih hidup, maka rezeki dari Allah akan tetap ada untuk mereka,rezeki akan tetap ada selama mereka masih percaya dan mau berusaha serta berdo’a.

Mereka dengan kesederhaannya selalu bahagia dan bersyukur ketika mendapatkan sejumlah uang. Jika orang kaya yang menerima uang sejumlah itu, mungkin mereka menganggap uang itu tak berarti apa-apa. Tapi mereka tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca ketika mendapatkannya. Mengapa harus ada perbedaan seperti itu?

Jika si miskin datang ke rumah si kaya, sangat jarang atau bahkan tak akan ada sambutan hangat bagi mereka. Tapi, ketika si kaya yang datang ke rumah si miskin, maka si miskin terlihat begitu menghargai. Seolah mereka didatangi oleh tamu agung di rumahnya. Sekali lagi, mengapa harus ada perbedaan seperti itu?

Jika suatu ketika si miskin dengan pakaiannya yang tampak lusuh dan kotor terjatuh, maka si kaya tak akan menghiraukan karena mungkin bagi mereka tidak akan menimbulkan manfaat apa-apa bagi dirinya. Yang ada paling hanya akan mengotori pakaiannya, mungkin itulah yang ada di fikirannya. Tapi, si miskin masih tetap berbeda dengan si kaya. Ketika keadaan berbalik, maka si miskin akan tetap membantu. Si miskin begitu penghiba. Hati mereka begitu lembut, sehingga tak mampu membiarkan orang lain dalam kesusahan karena mereka tahu bagaimana rasanya kesusahan itu.


Ya Rabb….saudara-saudaraku itu mungkin di dunia tidak seberuntung yang lainnya. Mereka tidak dapat memiliki apa-apa yang mereka impikan. Tapi semoga mereka tetap bahagia dan penuh rasa syukur pada_Mu Rabb..

Ya Rabb…. Sayangi saudara-saudaraku itu. Jangan biarkan mereka jauh dari_Mu. Ingatkan mereka selalu bahwa ada Engkau yang tetap menyayangi dan menjaga mereka. Dan berikanlah selalu semangat bagi mereka.

Ya Rabb… Berikan hati yang lembut pada mereka. Jangan biarkan kerasnya perlakuan yang mereka dapat menjadikan hati mereka ikut keras. Tapi jadikan kekerasan yang mereka terima itu sebagai bahan untuk lebih membuat hati mereka jernih melihat segala sesuatu.
Ya Rabb…Jangan biarkan rasa rendah diri melekat pada diri mereka akibat cemooh yang mereka terima. Tapi biarkan rasa rendah hati bersemayam pada diri mereka. Jagalah mereka agar tetap yakin akan kuasa_Mu dan agar mereka tetap beribadah kepada_Mu sehingga mereka dapat bertemu dengan kebahagiaan yang hakiki bersama_Mu.

Mungkin benar bahwa aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku hanya seorang anak yang bahkan sampai saat ini masih bergantung pada orang tuaku. Lalu apa yang dapat aku lakukan??? Ya…kalian boleh mengatakan bahwa aku tak bisa apa-apa.

Tapi mereka tetap saudaraku. Dan sekarang, aku hanya bisa berdo’a untuk mereka semua, di manapun mereka berada. Meski tak tahu apa-apa tentang mereka, yang jelas, satu hal yang sangat aku tahu bahwa MEREKA ADALAH SAUDARAKU……

Maaf jika terlintas pemikiran bahwa tampaknya aku terlihat lebih berpihak pada si miskin. Tapi, jujur, bagaimana pun juga aku memang lebih menyayangi si miskin. Namun, bukan berarti pula aku membenci si kaya karena aku juga tahu bahwa Allah tidak pernah membenci seseorang karena dia kaya atau miskin. Hanya saja, tulisan ini ku buat ketika aku melihat apa yang ku ceritakan saat ini. Dan bukan berarti hal ini harus terjadi selamanya.
Yang jelas, aku sangat berharap, kaya atau miskinkah, yang terpenting adalah bagaimana kita menghargai amanah yang diberikan kepada kita…

MAAf jika aku terlihat sok tahu. Bukan maksud mengurui karena aku sadar bahwa tak pantas diri ini menjadi seorang guru. Jika menemukan kebenaran, maka ambillah. Tuhan selalu menginginkan hamba Nya memperoleh kebenaran karena kebenaran itu niscaya hanya dari Nya. Tapi, jika hanya ada kesalahan dan keburukan dari tiap untaian kata, mungkin itu karena si penulis ini yang tak mengerti apa-apa atau masih terlalu bodoh memaknai kehidupan… (vivi ardi)

Semoga kita makin peduli, InsyaAllah.
Wassalam

sumber:http://www.resensi.net/sayangi-mereka-mereka-saudara-kita/2010/11/


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Tiadanya semangat untuk ingin mendapatkan sesuatu yang lebih baik atau mematok standar yang tak rendah bagi diri sendiri seringkali menjadi kendala kesuksesan diri. Bermental juara tanpa perlu menjadi ambisius bukanlah sesuatu yang bisa gampang dipetik. Ada proses sosialisasi dan pembiasaan yang perlu dilakukan, terutama bila diterapkan sejak masa kanak-kanak.

”Anak bisa juga dikatakan juara saat dia berhasil melakukan apa yang seharusnya dia lakukan,” kata Ayu Dwi Nindyati, Msi, Psi (Ketua Jurusan Psikologi Universitas Paramadina). Seringkali makna juara yang seperti ini kurang disadari, baik oleh orangtua maupun anak. Jika orangtua sudah menyadari hal ini, maka hal selanjutnya adalah membentuk mental juara pada anak.

”Membentuk mental juara yang dimaksud adalah bagaimana orangtua membantu anak-anak untuk menang dalam setiap langkahnya,” papar Ayu. Caranya adalah dengan mengajari anak untuk menghargai sekecil apapun prestasi yang dia miliki. ” Dengan begitu, ia juga akan belajar untuk menghargai orang lain,” tambahnya.

Menurut Dra. Puji Lestari Prianto, M.Psi, dosen Psikologi Pendidikan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia,"Cara tepat orangtua membentuk mental juara, adalah dengan tidak selalu membantu anak, tidak selalu menganggap anak masih kecil. Orangtua perlu menyadari kapan anak perlu dibantu dan kapan anak bisa dilepas untuk memecahkan masalahnya sendiri,”

Dengan demikian orangtua dapat membentuk anak menjadi tangguh. Selain itu orangtua juga perlu menanamkan motivasi dari dalam diri anak sendiri, sehingga anak tidak selalu harus disuruh dan ditentukan oleh lingkungannya, dalam melakukan segala sesuatu.

Aspirasi vs Ambisi

Orangtua kerap menyalahartikan konsep membentuk mental juara dengan menuntut anak untuk selalu menjadi juara. “Memotivasi memang penting, tapi jangan lupa bahwa antara memotivasi dengan memaksa itu cukup dekat. Orangtua harus hati-hati agar maksud baiknya untuk memotivasi tidak dilakukan dengan memaksa,” kata Ayu.

Ayu yang juga menjadi konsutan Psikologi untuk pengembangan Sumber Daya Manusia ini menyayangkan bahwa seringkali orangtua lebih termotivasi memiliki pride atau prestise saat anak memenangkan sesuatu, sehingga yang dikejar adalah hasilnya, bukan prosesnya.

“Inilah yang menciptakan anak ambisius, di mana anak hanya akan berorientasi pada pencapaian hasil,” ujarnya. Berbeda dengan anak yang memahami proses maka akan tercipta aspirasi di dalam dirinya. ”Anak yang memiliki aspirasi artinya terinspirasi dan termotivasi untuk senantiasa melakukan yang lebih baik lagi,” tambahnya.

Dengan demikian, aspirasi sifatnya lebih jangka panjang daripada ambisi. ”Pada anak yang ambisius, anak akan sangat keras berusaha mencapai sesuatu akan tetapi di lain pihak anak akan cepat puas dan bangga pada yang diperolehnya dan berhenti hanya sampai di situ,” terang Ayu. Oleh sebab itu, ajarlah anak untuk lebih menghargai proses daripada hasil.

Hal senada juga diungkapkan oleh Puji, yang penting bukanlah menjadi juaranya, tetapi bagaimana usaha anak untuk mencapainya. “Anak tidak harus selalu menjadi juara, tetapi menjadi lebih baik dari yang ia lakukan selama ini. Ia bisa lebih percaya diri, siap menghadapi berbagai tantangan,” paparnya.

Puji menambahkan, menghadapi kekalahan pun merupakan salah satu membentuk mental juara. Dalam hidup, seseorang tidak selalu menghadapi keberhasilan tetapi juga dalam saat-saat tertentu menghadapi kegagalan atau ketidakmulusan. “Dengan adanya hal-hal seperti ini, justru anak belajar bahwa diperlukan usaha untuk mengatasi sesuatu,” katanya.

Latih Mental Juara Sejak Dini

Baik Ayu maupun Puji mengatakan bahwa mental juara dapat dibentuk dan dilatih orangtua sejak kecil, terutama begitu anak mulai berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Puji menguatkan penjelasannya dengan teori Erickson yang banyak membahas perkembangan psikososial anak. Menurut teori Erickson, tahun-tahun pertama merupakan tahun pembentukan dasar kepribadiannya kelak, dan dalam hal ini lingkungan sosial amat berpengaruh.

Awal kehidupan anak ditandai dengan adanya trust dan mistrust. Trust atau rasa percaya menunjukkan adanya perasaan kenyamanan fisik dan sedikit rasa takut. Trust di masa kanak-kanak membentuk harapan dalam kehidupan bahwa dunia ini merupakan tempat yang nyaman.

“Jika anak tidak merasa nyaman dengan lingkungannya maka yang berkembang adalah rasa mistrust,” kata Puji. Ayu juga menekankan bahwa anak bukanlah bentuk mini orang dewasa. “Dalam membentuk mental juara dan memotivasi anak harus mementingkan kenyamanan dan kebahagiaan anak, dengan cara-cara yang fun, jangan sampai anak merasa terpaksa dan tidak enjoy terhadap apa yang diakukannya,” tegasnya.

Selanjutnya, pada usia 1-3 tahun ditandai dengan autonomy dan shame and doubt. Pada masa ini anak mulai menemukan dan mengembangkan tingkah lakunya. Jika anak diberi kesempatan untuk mencoba maka akan muncul autonomy, tetapi kalau anak banyak diarahkan, dilarang atau “jangan ini, jangan itu” maka akan menjadi anak yang pemalu atau ragu-ragu. Pada usia ini cukup ideal untuk melepas anak memecahkan masalahnya sendiri, yang merupakan salah satu cara membentuk mental juara.

Sementara pada masa anak-anak awal yaitu usia 3-5 tahun ditandai dengan initiative dan guilt. Masa ini muncul di usia prasekolah, di mana kehidupan sosial anak sudah lebih berkembang. “Saat anak mulai aktif, banyak perilaku perlu dikembangkan agar anak bisa mengatasi atau beradaptasi dengan lingkungannya,” jelas Puji.

Anak belajar untuk bertanggungjawab atas berbagai hal, misalnya menjaga milik mereka. Berkembangnya rasa tanggung jawab akan menanamkan rasa inisiatif pada diri anak. Sebaliknya akan muncul anak yang memiliki rasa bersalah dan cemas dikarenakan tidak memiliki rasa tanggung jawab dan tidak diberi kesempatan untuk mandiri.

Dengan adanya pengalaman dari lingkungan yag menjadikan anak memiliki rasa percaya pada dunianya, mandiri dan penuh inisiatif, diharapkan membuat anak akan lebih siap menghadapi dunianya. Hal-hal inilah yang merupakan esensi dari mental juara.

Wassalam,

intisari:http://hanifa93.wordpress.com/2008/03/07/membangun-mental-juara-pada-anak/


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Adik² ... malam liburan Minggu ini, apa sudah punya dongeng/cerita atau belum? Nah, kalau belum, kakak punya dongeng yang menarik yaitu "Kisah Pengembara dan Si Pelit".

Ini kisah dongengnya:

Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang.

Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.

Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.

Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.

"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"

"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"

"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.

Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.

"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"

----------------------------

Pesan dari kisah ini adalah:
"Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut."

Selamat berlibur ya ... wassalam.

sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Si-Pelit-58


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Bermain di dalam atau di luar ruangan sama pentingnya untuk perkembangan anak. Walaupun penelitian terkini menunjukkan menurunnya jumlah anak-anak yang terlibat dalam permainan aktif di ruang terbuka, bermain di ruang terbuka sangat penting untuk perkembangan yang sehat.

Area di luar ruangan adalah tempat yang ideal untuk anak terlibat dalam permainan yang kotor dengan pasir, air, cat dan kegiatan seni dan kerajinan lainnya. Taman bermain di ruang terbuka menyediakan lebih banyak ragam bahan alami untuk menstimulasi panca indera. Batita dan balita akan menikmati bermain dengan tanah, daun, batu bata, bebatuan, kulit kayu, air, tanaman dan bunga-bungaan.

Kolam air sangat baik untuk bermain di air; balita Anda akan menikmati bermain ciprat-cipratan dan menendang-nendang di air, menggunakan gelas dan wadah-wadah dengan berbagai bentuk untuk disusun, menciduk air dan menuang air.

Mesin pembuat gelembung sabun juga sangat baik untuk mengembangkan kesadaran spasial ketika anak Anda dengan riang berusaha menangkap gelembung yang melayang di udara.

Saat anak-anak memasuki usia prasekolah (2-5 tahun), mereka mulai terlibat dalam permainan yang lebih aktif, mereka belajar untuk menggunakan mainan-mainan berroda, dan senang memanjat alat-alat permainan di taman bermain. Anak Anda juga akan menyukai bermain dengan bola, peralatan bowling, lompat tali, dan permainan dengan raket.

Ruang terbuka memberikan kemungkinan-kemungkinan yang lebih banyak untuk bermain secara aktif, yang penting bagi perkembangan ketrampilan motoriknya seperti berlari, menyeimbangkan badan, saling mengejar, melempar dan menangkap. Bermain aktif di ruang terbuka banyak manfaatnya bagi kesehatan; dapat meningkatkan kebugaran anak Anda, mengurangi kemungkinan obesitas dan meningkatkan kesehatan secara umum.

Bermain di luar ruangan juga memberi kesempatan pada anak untuk menjelajahi lingkungannya dalam hubungannya dengan dirinya sendiri; menciptakan tempat bermain sendiri; dan terlibat dalam permainan imajinasi dengan alat bantu yang sebenarnya (contohnya, rumah-rumahan, tenda, tali jemuran, truk) dan simbolis (contohnya karton, batang kayu, bebatuan).

Area bermain di ruang terbuka sangat baik ketika anak-anak ingin bermain dengan ribut dan bergumul tanpa kekerasan. Gunakan kesempatan ini untuk menjelaskan pada anak Anda tentang suara untuk “di dalam” dan “di luar” dan perbedaan volume di antara keduanya.

Bermain dengan aktif di ruang terbuka bisa memberi stimulasi yang intens dan menciptakan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar tentang kontrol diri dan mengembangkannya. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang populer lebih banyak terlibat dalam permainan fisik tingkat tinggi dengan teman-teman sebayanya. Sebaliknya, anak-anak yang kurang populer, tampak mengalami kesulitan menghadapi intensitas permainan fisik dan seringkali terstimulasi secara berlebihan dan menjadi “lepas kendali”.

Dengan bermain secara aktif dengan anak Anda, Anda tidak hanya meningkatkan kesehatan dan perkembangan fisiknya tapi juga memberinya kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan yang penting untuk membantunya dalam interaksi sosialnya dengan teman-teman sebayanya.

Ditulis oleh Dr Cathrine Neilsen-Hewett dan dipersembahkan kepada Huggies Indonesia melalui KiDS Central dan Early Learning Center.

Semoga bermanfaat, wassalam.
---------------------------------------------------------------
images:huggies.co.id
sumber:http://www.huggies.co.id/BH/BeingAParent/ImportanceOfPlay/OutdoorPlay.aspx