Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.
Bukan hal mudah untuk berkomunikasi secara efektif dengan anak. Komunikasi merupakan penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain, baik secara verbal (kata-kata) maupun nonverbal (gerak atau simbol).
Komunikasi dikatakan efektif bila pesan itu bisa dipahami oleh penerima. Komunikasi yang tidak efektif ditandai dengan pesan yang tidak nyambung, atau si penerima salah memahami pesan itu. Kasandra Oemarjadi, Psi., dari biro konsultasi Kasandra Persona Prawacana, mengatakan ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam hal berkomunikasi dengan anak batita:
KEMAMPUAN USIA BATITA
Kemampuan berbicara merupakan keterampilan mental-motorik. Dengan kata lain, bicara tidak hanya melibatkan fungsi otot bicara dan sekumpulan bunyi saja, tapi juga melibatkan fungsi mental yaitu memahami arti dari bunyi yang dihasilkan. Inilah berbagai kemampuan berkomuikasi yang ditunjukkan anak batita:
* Bicara membeo.
Jika anak usia ini sering meniru kata yang diucapkan orang dewasa atau anak lain seperti halnya seekor burung beo, itu karena ia baru bisa meniru bunyi tapi belum memiliki kemampuan mental komunikasi.
* Paham benda dan fungsinya baru secara konkret.
Misalnya gelas untuk minum atau pulpen untuk menulis. Ia belum bisa memahami kata-kata abstrak seperti tanggung jawab atau stres.
* Perbendaharaan kata terbatas.
Anak batita awal atau pertengahan (12-18 bulan) malah mungkin belum bisa berkata-kata sama sekali. Itulah sebabnya, komunikasi yang kerap dilakukan anak usia ini bersifat nonverbal.
* Berperilaku tak terduga.
Keterbatasan si batita berkomunikasi secara verbal memunculkan banyak perilaku tak disangka-sangka. Misalnya melakukan protes dengan cara mengganggu orang tuanya yang sedang membaca koran karena sibuk sendiri dan tidak memperhatikan dirinya.
* Daya tangkapnya belum sebaik anak prasekolah atau sekolah.
Tak heran banyak anak bingung saat mendapat larangan maupun perintah yang merupakan pertanda ia belum mengerti secara utuh ucapan orang tuanya.
* Meski sudah bisa bicara, bukan berarti sudah paham benar arti dan penggunaan kata-kata. Contohnya, "bola" bukan sebagai bola yang bentuknya bulat saja, melainkan untuk semua mainannya. Atau menyebut "teh" untuk semua minuman.
* Hanya bisa menangkap pesan-pesan singkat.
Agar anak tidak bingung, orang tua harus membatasi diri pada ungkapan "ya" sebagai tanda setuju dan "tidak" sebagai larangan.
Semoga bermanfaat, wassalam
0 comments:
Post a Comment